RAHASIA ILAHI
KUBURAN PELACUR BERCAHAYA
Sumber cerita dari sebuah
pasantren Jawa Barat
Skenario : Nenden Olla / Nenden Salwa
TRADE MARK
FADE OUT / FADE IN
FLASH - WALK
001. INT.
RUANGAN RUMAH ORANG TUA LISDA.
SORE
Harum wewangian
menebar dari jasad LISDA yang sudah terbungkus kafan, wajahnya terlihat
bersinar dan tersenyum damai seperti
orang tertidur bermimpi indah. Para pelayat yang mayoritas dari pasantren
mengenakan pakaian muslim serba putih menyisihkan orang-orang yang hanya
mengenakan kerudung.
Dari awal adegan
terdengar suara ibu-ibu mengumandangkan ayat suci alqur’an dengan pasih.
TEMAN
I
Kita
diluar aja yuk, minder !
TEMAN II
mengangguk menarik TEMAN I keluar halaman mencari-cari kursi kosong yang sudah
dipenuhi para pelayat yang menunggu hendak mengantarkan ke pekuburan. Akhirnya
TEMAN I dan TEMAN II berdiri dipanggil TEMAN lain.
( dihalaman tersebut dipenuhi berbagai
sayuran dan beberapa kerangjang buah-buahan, minuman serta belasan ayam dan
beberapa ekor kambing )
TEMAN
II
Semua
orang berkomentar mayatnya menebar harum wewangian !
wajahnya
berseri seperti terkena cahaya terang ….
TEMAN
LAIN
Padahal
dulunya mayat itu, mantan pelacur jalanan.
TEMAN
I
Hebat
yah, meninggalnya bisa dilayat Ulama besar sebuah Pesantren, para ustad dan ustadjah serta para santrinya turut mengantar ke kuburan ….
(
berbisik ) Ingat enggak dulu kita sering menghina si Tita,
kakaknya perek jalanan ! pelacur murahan !!
bayaran om-om senang !!??
TEMAN II dan TEMAN
LAIN mengangguk, kemudian terdiam saat ULAMA berdiri diikuti seluruh para
pelayat yang memenuhi seputar rumah orang tua Lisda.Krenda digotong oleh
beberapa orang keluar dari rumah. Ulama memimpin do’a diikuti yang lainnya.
CUT - TO
002.
EXT. PEMAKAMAN ASRI. SORE
Jasad LISNA dikebumikan lalu ditalkin
di liang lahat. Sebagian orang melihat senyum di bibir LISDA semakin merekah,
jasadnya menebar harum wewangian.
PIPIH
( teman pasantren berkomenter, menitikan air mata )
Subhannalloh
… ! wewangian menebar dari jasad Lisda …
TINI
( turut menghamini dengan linangan air mata )
Amin
ya Allah … senyum merekah dibibir Lisda,
seperti
mendamaikan suasana penguburan ini ….
PIPIH dan TINI
saling lirik. Kemudian kembali membaca yasin yang ditalar mengikuti yang
lainnya. Tidak berapa lama terlihat cahaya lembayung keperakan berubah
warna kuning, hijau, merah, ungu menjadi bulatan lengkung membentuk sebuah pelangi. Seperti turut serta mengiringi kepergian jasad Lisda yang mulai di pasang papan
pengaman. TEMAN I, TEMAN II, TEMAN LAIN dan sebagian yang hadir di pemakaman
memperhatikan pelangi yang semakin membesar dan indah menghiasi langit biru.
FLASSH BACK
003. INT.
SEBUAH KAMAR RUMAH BOSS. MALAM
(Beberapa tahun silam) Tangan kaki LISDA terikat. Seorang BOSS
menyiksanya tanpa belai kasihan, kepalanya dibentur-benturkan ke tembok,
tubuhnya yang sudah lemah ditendang-tendang sepatu bot. Sesudah tidak berdaya.
BOSS memangku tubuh LISDA ke atas kasur menyingkapkan rambutnya yang menghalangi
wajahnya. Terlihat darah Lisda mengucur dari hidung serta ujung bibir, jidat
bagian atas memar – memar. Kemudian BOSS tersebut melepaskan ikatannya dan
menelentangkan tubuh LISDA dengan pandangan penuh birahi.
FLASSHEESS
004.
INT. KAMAR TITA RUMAH KONTRAKAN LISDA. SIANG
OTS / CU – CU berita heboh dikoran-koran dan
majalah tentang penganiayaan seorang boss terhadap pelacur jalanan. Koran-koran
tersebut di gunting menjadi arsip pribadi dalam sebuah album.
-
Lisda dianiaya oleh seorang boss yang
hiper sex, nyawanya hampir melayang.
-
Lisda Permata, melacurkan diri demi
membantu keluarganya yang miskin.
-
Karena merasa diperas seorang boss
tega menganiaya perek jalanan.
-
Lisda anak smu pelacur jalanan heboh
teraniaya boss pasangan kumpul kebonya.
TITA menutup arsif
pribadi berupa album. SUSI yang berada disebelahnya terbengong-bengong.
TITA
( mengangguk menyembunyikan arsif pribadi dalam lemari pakaian )
Enggak
nyangka kan Lo, dulunya kakak gua adalah perek jalanan, pelacur murahan!
sekarang aja belagu, munafik! sok larang-larang gua temenan ma elo … !
SUSI
Pantes
elo benci banget sama kakak elo !
TITA
Enggak
benci gimana? Gua pindah kesini kan gara-gara dikatain adiknya perek! pelacur jalanan, cewek bayaran
om-om senang !
sedih
enggak lo, kalau elo jadi gua ?
INSERT: BI DEDAH tengah menenteng dua gelas
orange juice, mendengarkan obrolan SUSI dan TITA di balik pintu kamar yang sudah
terbuka.
TITA
( berbohong )
Padahal
kedua ortu kurang apa sih ?! orang mampu, berkecukupan, mau
apa-apa aja tinggal bilang ! kakak guanya aja bercita-cita jadi perek !
BI
DEDAH ( menggelengkan kepala )
Kasihan
banget dikatain adiknya seperti itu, padahal non Lisdalah yang menyelamatkan semua keluarganya dari
kemiskinan,kaki dibikin kepala, kepala dibikin kaki …
SUSI
Kalau
begitu minta dong ama nyokap dan bokep elo,
ngapain
harus minta ma kakak lo?
TITA
Itu
dia jahatnya kakak gua memegang semua kiriman dari ortu buat gua! sebel enggak lo?
SUSI
Ya
.. iyalah, kalau gua? dah ngabur kali, punya kakak sadis kayak gitu … !
TITA
Jadi
enggak pindah sekolah ke smu lain !
SUSI
Mau
sih, tapi nyokap gua belon pegang duit.
TITA
Tenang
aja entar gua minta ma ortu, buat bayar sekolah elo !
SUSI
Benar
?
TITA
Sweer,
paling berapa sih … ?!
SUSI
Eh,
gua mao telepon dulu, entar lupa ..
TITA menarik SUSI
ke luar kamar berpapasan dengan BI DEDAH mengakibatkan minuman orange tertumpah
pada pakaian yang dikenakan TITA.
CUT - TO
005. INT.
RUANG KAMAR HOTEL BERBINTANG.
MALAM
MAS NOWO
menghampiri LISDA yang tengah berdandan depan cermin masih mengenakan pakaian
mandi.
MAS
NOWO
Jadi
perlu biaya berapa buat bantu keluargamu Lis ?
LISDA
Kalau
ditanya berapa ya enggak kehitung pasti ada aja keperluankeluargaku,
sekarang tergantung Mas Nowo aja mau ngasih aku berapa ?
MAS NOWO menaro amplop berisi uang depan
LISDA.
MAS
NOWO
Gimana
tawaranku tadi berhenti kerja nyanyi malam, bisa enggak?
LISDA terdiam berpikir, bergerak duduk di
pinggir kasur.
LISDA
( sedih )
Saya
enggak mau menikah dulu Mas …
MAS
NOWO
Kenapa?
Hubungan kita sudah hampir satu tahun, Mas sudah merasa cocok sama kamu Lis .. semenjak ketemu kamu,
bisnis jadi lancar…!
LISDA
Mas
pikirkanlah untuk istri dan tiga anak-anak yang sangat memerlukan Mas …
MAS
NOWO ( menegaskan )
Soal
.. keluargaku, demi kamu Mas berani meninggalkan istri dan anak.
LISDA
( kaget )
Mas,
hati – hati bicara !
MAS
NOWO
Sumpah
aku sudah ketergantungan denganmu Lis,
aku enggak akan bisa kehilanganmu.
LISDA
Saya
bukan wanita baik-baik Mas !
MAS
NOWO
Itu
hanya factor keadaan buktinya kamu mau menopang
kehidupan
keluargamu, serta kamu masih bisa meneruskan kuliah meski
tidak tamat, itu menandakan kamu seorang wanita tegar!
LISDA
Tapi
saya gagal !
MAS
NOWO
Sudah
Lisda, Mas tidak akan menyia-nyikanmu, secepatnya Mas akan mengurus perceraian meski istri Mas tisak
bermasalah, tapi
Mas akan berusaha …
LISDA terdiam, MAS
NOWO menerima telpon via hp.
MAS
NOWO
Yah
… pesankan dua tempat duduk untuk terbang besok pagi …
MAS NOWO menutup
hp.
MAS
NOWO ( meneruskan )
Kalau
kamu masih mau nyanyi, nanti Mas bikinkan restoran
atau
pub buat hiburanmu !
LISDA tidak
menjawab bingung.
CUT - TO
006. EXT / INT.
RUMAH KONTRAKAN LISDA. PAGI
LISDA terheran-heran melihat suasana rumah
hingar bingar dengan suara musik house. Sementara BI DEDAH mengambil alih
oleh-oleh belanjaan yang dibawa LISDA.
LISDA
Ada
apaan nih Bi, bising amat … ( mendenguskan hidung ) bau duren lagi !
BI
DEDAH ( ketakutan )
Non
Tita bikin pesta perpisahan, tadi malam teman-teman
sekolahnya
pada ngumpul ramai …
LISDA
Sekarang
dimana Titanya ?
BI
DEDAH
Di
kamar sama teman-temannya !
LISDA
Siapa
saja?
BI
DEDAH
Titin,
Susi dan…
LISDA
( langsung marah )
Susi?
Masih saja bertemanan dengan anak itu yang keliatannya tidak baik!
LISDA
Sama
siapa lagi ?
BI
DEDAH ( ketakutan )
Tapi
jangan dibilangin Bibi yang ngasih tahu Non, ya non ?
LISDA
Iya
… sama siapa lagi ?
BI
DEDAH
Itu
yang bintang film Reza sama Dody katanya teman lama mereka juga !
LISDA
( TERHENTAK )
Cowok
… dimasukan ke kamar ?!
LISDA bergerak
melangkah lebih cepat.
CUT - TO
007. INT.
DEPAN KAMAR TITA RUMAH KONTRAKAN LISDA.
PAGI
LISDA membuka pintu kamar TITA yang kotor
berantakan ( puntung rokok dan kulit durian berserakan ). Tercium juga bau
minuman keras. TITA, REZA, TITIN, SUSI dan DODI serentak terbangun.
LISDA
( menahan marah )
Astagfirullahhaladzimm
…, Tita apa-apan ini ?!
TITA
( kaget, tapi cuek )
Teh,
nyanyi di luar kota, kok pulang lebih cepat ?
LISDA
( tanpa menjawab )
Keluar,
keluar semua dari kamar Tita …. Berantakan !
TITA mengajak
teman-temannya keluar kamar, REZA tertunduk menatap LISDA.
REZA
Maaf
saya Lis, habis dipaksa tidur di sini …
LISDA tidak
menjawab, ia berteriak pada bi DEDAH.
LISDA
( menngl-manggil )
Bi
… bi … !!
BI DEDAH muncul.
LISDA
Tolong
bereskan kamar Tita buang semua botol minumannya dan kasih pengharum ruangan !
BI
DEDAH
Iyah
non …
BI DEDAH bergegas merapikan kamar. LISDA bergerak memperhatikan teman-teman TITA yang kala itu
tengah menatapnya seperti membencinya. Terkecuali DODY dan REZA, kedua lelaki
ini seperti menaruh hati pada LISDA.
CUT – TO
008. INT. KAMAR UTAMA RUMAH KONTRAKAN LISDA. SIANG
LISDA nampak termenung dengan mata berkaca-kaca,
terdengar telepon berdering. LISDA enggan mengangkatnya.
LISDA
Iya
… halo … ?
OS MAS NOWO
Lis
…, istriku sudah menggugat perceraian …
LISDA menitikan air mata, bingung.
O.S
NOWO ( menggebu – gebu )
Lipstikmu
nempel dimana-mana .. semuanya sudah jelas !
LISDA
( sedih )
Mas
… tolong pikirkan masa depan anak-anak Mas, saya enggak mau menjadi orang ketiga yang bisa menari di atas
penderitaan orang lain ….
O.S MAS NOWO
Tapi
Mas … benar – benar mau serius sama kamu Lis … !
LISDA
Mas
… diantara kita adalah nafsu sesaat bukan cinta…. jadi tolong Mas
pertimbangkan lagi lebih mateng..
O.S
MAS NOWO
Pokoknya
Mas sudah bulat ingin menikahimu …
LISDA terdiam tidak bergairah.
OS MAS NOWO
Nanti
sore Mas akan ke rumahmu ….
LISDA
Tolong
jangan ke rumahku dulu Mas … jangan !
OS MAS NOWO
Kenapa
?
LISDA
Entahlah
saya merasa bersalah kalau sampai terjadi perceraian Mas dengan istri Mas !
OS MAS NOWO
Kamu
enggak bersalah Lis, akulah yang menanggung semuanya !
LISDA
Tolong
Mas … beri saya waktu untuk memikirkan semua ini, aku perlu sendirian !
O.
S MAS NOWO
Okey
… kalau begitu, Mas akan melapor setiap perkembangan baru !
jangan
lupa makan dan istirahat ya ….
LISDA
( menghapus air mata )
Makasih
Mas ….
O.S MAS NOWO
Bye
… sayang !
LISDA tidak menjawab
ia menaroh telepon, kemudian meraih hp dan mematikannya.
CUT – TO
009. INT.
KAMAR TITA RUMAH KONTRAKAN LISDA.
SIANG
TITA reflek menyembunyikan majalah play boy
saat LISDA masuk kamarnya, menenteng kotak perhiasan.
TITA
( mengagetkan )
Kok
.. enggak ketuk pintu dulu sih Teh sampai Tita kaget !
LISDA
( murung )
Sory
…. Teteh hanya mau ngasih kalung pemberian Mas Nowo buat kamu sepuluh gram dan liontinnya nama depan T, ada
permata berliannya tuh …
LISDA mengeluarkan
kalung dari kotaknya yang lalu dipakaikan ke leher TITA.
TITA
Baik
banget si Mas Nowo mau perhatiin adik-adik teteh !
LISDA
( tiba-tiba murung )
Yah
.. dia memang baik, suka membawa teteh ke toko berlian.
TITA bediri depan
kaca cermin memperhatikan liontinnya.
TITA
Kalo
gitu nikah aja teh, Mas Nowo keliatannya serius !
TITA kembali duduk berdampingan dengan
LISDA.
LISDA
Justru
itu, Mas Nowo mau menceraikan istrinya ….
TITA
( memberi semangat )
Bagus
dong, jadi teteh enggak di number duakan nantinya ?!
LISDA
Teteh
enggak mau cara yang seperti itu dan teteh enggak mau dimadu.
TITA
Jadi
maunya jadi istri simpanan aja ?!
LISDA
Enggak
mau juga, teteh maunya sindirian tanpa beban ….
TITA
Sayang
dong rumah mewah yang kita liat kemarin dan mobil
dari
show-room. Nanti enggak akan dikasihkan Mas Nowo, kalau teteh memutuskan hubungan begitu saja !
LISDA
Teteh
enggak takut ! yang penting teteh masih sehat masih
bisa cari uang buat kalian !
TITA
( mengangguk ada perasaan iri dalam hatinya )
Enak
yah jadi teteh bisa cepat cari uang, lagian kok banyak cowok yang
tergila-gila sama teteh dan berani mengeluarkan kantongnya
demi teteh !
LISDA
( mengenang )
Entahlah
… mungkin Tuhan mengasih kebaikan ini,
karena
masa lalu teteh yang suram!
TITA
( jadi merenung, mengenangkan )
Iyah
… sampai saya dapat imbasnya dari teman-teman sekolah, juga para tetangga …. kalau ingat cemoohan mereka
Tita jadi minder !
LISDA
Maafkan
tetehmu Tita .. semua itu teteh lakukan hanya merupakan kasih sayang teteh pada keluarga, teteh tidak
mau keluarga tertindas
dalam kemiskinan terus !
TITA
Tapi
kenapa teteh harus jadi perek jalanan atau pelacur ?
LISDA tersentak mendengar pekataan TITA yang
polos dengan wajah tak berdosa.
FLASSH BACK
009A.
INT. SEBUAH RUANGAN
PERJUDIAN. MALAM
(Belasan tahun silam) INSERT : kepala LISDA 13TH
bergoyang ke kiri dan ke kanan tidak tahan menahan kantuk, akhirnya tertidur. Terlihat wajah polos dan lugu LISDA berada di pojok ruangan.
Sementara PAK RUSDI ( bapak kandung Lisda )
nampak kusut dan pemabukan ( kalah judi ) menggebrak meja judi rolet.
RUSDI
( menggerutu )
Satupun
enggak ada yang masuk … sial ?!!
RUSDI menemui temannya yang berjarak
beberapa langkah, tengah memasang beberapa nomer dengan logam koin ( bermain
kecil ) .
RUSDI
( langsung menegur )
Boss,
pinjam modal lagi bisa? penasaran yeuh, biasanya kalau enam hari berturut-turut
kalah terus, maka hari ketujuhnya pasti menang banyak !
BONDAN
Waduh
.. modal awapun tak cukuplah ini malam, pinjamlah lagi pada boss besar !
RUSDI menoleh ruangan yang tertutup rapat.
RUSDI
( mencibir )
Enggak
mungkin di kasih yeuh, soalna urang masih boga hutang 4000.000, belum kebayar-bayar euy !
Bola rolet berputar mengenai nomer yang
tidak dipasang orang.
BONDAN
Waduuh,
melayang lagi nomerku payah, habislah modal awa !
RUSDI menarik BONDAN agak menyingkir dari
para pemain rolet.
RUSDI
Pinjam
kemana nih ?
BONDAN tiba-tiba tersenyum licik setelah
memperhatikan LISDA yang tertidur lelap kemudian berbisik pada RUSDI yang langsung
terperangah tatapannya langsung tertuju pada LISDA.
BONDAN
( mempengaruhi )
Sudah
… pokoknya beres, awa atur semuanya tanggung beres, kau bisa bayar hutang awa 1000.000, ke boss besar
lunas, lima jutanya lagi bisa kau buat modalah… !
RUSDI berpikir-pikir memperhatikan kondisi
anaknya ( ada perasaan iba ) tetapi ketika pandangannya beralih pada permainan
rolet maka mengangguk-anggukan kepala tanda setuju.
BOSS besar keluar dari ruangan tertutup di songsong BONDAN yang memperhatikan LISDA.
BOSS besar keluar dari ruangan tertutup di songsong BONDAN yang memperhatikan LISDA.
RUSDI
Is
.. bangun! Bangun !!
LISDA
( terbangun kaget )
Iya
pak, mau pulang ?
RUSDI
Nyak
…, kamu ikut pulang jeung teman bapak ya ?
LISDA
( mengerungkan kening, polos )
Emang
bapak masih banyak pekerjaan di sini ?
RUSDI
( tanggung berbohong )
Iya
tuh orang- orang masih ramai, gimana mau diantar pulang sama ?
RUSDI yang sudah berdiri di belakang langsung
menjawab.
RUSDI
Sama
.. om mau ?
LISDA
( tersenyum ramah, tanpa curiga )
Iyah,
Is mau pulang biar besok bisa masuk sekolah pagi …
RUSDI terperangah mendengar perkataan
anaknya yang tidak mengetahui tentang kejahatan bapaknya sudah menaruhkan kesuciannya pada Boss besar.
BONDAN membimbing LISDA meninggalkan ruang perjudian diikuti pandangan RUSDI yang terlihat kelopak matanya berkaca-kaca. Dalam waktu bersamaan BOSS BESAR sudah berdiri di sampingnya menyodorkan uang limahpuluh ribuan masih terikat dengan tulisan 5000.000 rupiah.
RUSDI terdiam pikirannya langsung buyar setelah pandangannya menyorot tajam pada permainan rolet. Tanpa memperhatikan BOSS BESAR yang tersenyum kerdil dan berlalu dari tempat tersebut.
BONDAN membimbing LISDA meninggalkan ruang perjudian diikuti pandangan RUSDI yang terlihat kelopak matanya berkaca-kaca. Dalam waktu bersamaan BOSS BESAR sudah berdiri di sampingnya menyodorkan uang limahpuluh ribuan masih terikat dengan tulisan 5000.000 rupiah.
RUSDI terdiam pikirannya langsung buyar setelah pandangannya menyorot tajam pada permainan rolet. Tanpa memperhatikan BOSS BESAR yang tersenyum kerdil dan berlalu dari tempat tersebut.
BACK IN – TO
009. INT.
KAMAR TITA RUMAH KONTRAKAN LISDA.
SIANG
Bibir LISDA
bergetaran dengan berlinangan airmata menekan kesakitan di dada.
LISDA
( menahan kesedihan )
Waktu
itu teteh masih di bawah umur Tita, teteh sudah mengenal hiburan
malam diajak Bapak, teteh enggak tahu bapak menarohkan keperawan teteh di meja judi !
TITA menatap tajam LISDA yang menitikan air
mata.
LISDA
( terbata-bata )
Semenjak
itu teteh salah arah, teteh merasakan hidup dalam kehancuran kemudian teteh melampiaskannya ke jalanan ….
LISDA menangis, TITA hanya terdiam
melinangan air mata.
LISDA
Dan
kamu juga tahu teteh bertemu dengan boss yang menyiksa teteh hingga heboh di media masa, karena waktu itu
teteh pernah jadi
figuran film …. Boss itu punya kelainan jiwa !
TITA
Entahlah
teh, apapun alasan teteh yang jelas aku dan
semua
kelaurga terbawa menderita !
LISDA terperangah
menatap TITA yang seakan menyalahkan dirinya.
TITA
Berita
koran itu sampai sekarang masih diingat orang sampai di smu ini Tita masih tetap dicemoohkan orang! (
dibuat-buat )kakaknya perek jalanan ya .. pasti adiknya juga pelacur ‘
LISDA terhentak
seakan tidak percaya akan perkataan TITA.
TITA
( meneruskan )
Tita
ingin pindah sekolah lagi Teh …..
LISDA terdiam
menunduk air matanya bergulir mengalir di pipi.
CUT - TO
010. INT.
RUANG KEPALA SEKOLAH. PAGI
LISDA nampak berhadapan dengan kepala
sekolah yang memperlihatkan daftar buku harian siswa – siswi.
KEPALA
SEKOLAH
Adikmu
itu emmang harus pindah sekolah, karena kalau enggak kami akan mengeluarkannya,
Ibu lihat sendiri? alfanya banyak banget ….
LISDA mengangguk.
KEPALA
SEKOLAH
Selain
itu berpengaruh tidak baik untuk teman-teman kelasnya yang sering diajaknya berbolos, ya ..
dengar-dengar suka mentraktir di restorant mewah, pergi disko, ngeceng di
mall banyak dach Bu.
LISDA bingung
menatap kepala sekolah.
LISDA
Kalau
yang namanya Susi bagaimana itu pak ?
KEPALA
SEKOLAH
Ya
.. hampir sama dengan Tita suka mabuk-mabukan,
menggelapkan uang perbendaharaan kelas, bahkan
uang arisa malah mereka berdua ini belum bayar spp hampir
tiga bulan ini …
LISDA tercengang.
KEPALA
SEKOLAH
Mungkin
Tita itu terlalu di manja sama kedua orang tuanya yah? yang
katanya serba berkecukupan ?
LISDA terdiam, lalu mengalihkan pembicaraan.
LISDA
Kalau
begitu saya mau melunasi tunggakan bayaran sekolah sekalian uang sekolah yang digelapkan adikku, pak ….
KEPALA
SEKOLAH
Baiklah
…, nanti bapak bikinkan pengantar surat pindahnya, jika sudah selesai akan kami kirimkan ke alamat ibu di
rumah …
LISDA
Makasih
pak …
LISDA mengangguk.
KEPALA SEKOLAH mengkalkulasi jumlah yang harus dibayar.
CUT - TO
011. INT.
RUANG DEPAN RUMAH KONTRAKAN LISDA.
SIANG
TITA nampak
berkaca-kaca mendengar keputusan dari REZA.
REZA
Yah,
hubungan kita berakhir sampai di sini …
TITA
Salahku
apa Rez?
REZA
( menggelengkan kepala )
Tidak
ada …
TITA
Terus
kenapa ?
REZA
Baiklah
aku memang harus berterus terang !
REZA meminum minuman sirup yang disuguhhkan
di depannya.
REZA (menerawang)
Dari
awal pertemuan dengan kakakmu.... ketika ia ikut-ikutanjadi
figuran, aku sudah menaruh hati, entah apa aku seorang bintang film
ternama bisa tertarik pada kakakmu … kecantikan? relatif …!
TITA terperangah.
REZA
Aku
diam-diam memantau Lisda yang tidak pernah ikutan lagi main film, dia wanita surfive, mencari uang di
dunia malam dari restourant ke pab juga karoke … untuk biaya
kuliahnya …
TITA merasa tersisihkan ia memperlihatkan
album arsif pribadi yang sudah dipersiapkannya.
TITA
Apa
kamu tidak tahu kalau kakaku ia sebenarnya seorang pelacur murahan ?!
REZA
( beranjak berdiri )
Kamu
adalah seorang adik yang tidak tahu berterimakasih
terhadap kakaknya yang mengorbankan harga
dirinya demi memperbaiki kehidupan keluarga termasuk kamu … keterlaluan
kamu Tita …. !
TITA turut berdiri.
REZA
Aku
sudah lama sekali ingin meluluhkan hati Lisda yang walaupun bagaimana,
di mataku dia wanita angkuh tidak murahan ! tadinya kupikir cintaku bisa beralih padamu Tita, tapi
ternyata tampang boleh
sama tapi hati kamu busuk Tita …!
REZA meraih kunci mobil. TITA menghalangi
langkah REZA.
REZA
Aku
sangat simpatik pada kakakmu dan merasa kasihan, sayang kakakmu sama sekali tidak menaroh hati padaku yang
mengejarnya hampir dua tahun …!
TITA
Reza
… hubungan kita sudah terlampau dekat hampir berjalan satu tahun, aku enggak mau putus sama kamu Rez … !
REZA
Saya
laki – laki lajang, bebas untuk memilih wanita yang bisa
menundukan hatiku, maaf!
REZA menghindar
dan berlalu dari hadapan TITA yang terlihat menangis.
CUT - TO
012. INT.
KAMAR TITA RUMAH KONTRAKAN LISDA. SORE
LISDA baru pulang langsung menemui TITA
dalam kamarnya yang tengah menangis di balik bantal.
LISDA
Ternyata
kamu membuat kesalahan besar di sekolahanmu Tita …?!
LISDA menatap TITA heran.
LISDA
Tita
… bangun ! kamu telah membikin malu kakakmu di sekolah, malu !!
Tiba-tiba TITA terbangun dan menuduh.
TITA
( membentak – bentak )
Aku
membencimu aku benci sama kamu … aku benciiii !!!
TITA membereskan baju-baju yang dimasukan ke
dalam tas pakaian.
LISDA
( bingung dan kaget )
Tita
?! ada apa kok kamu yang salah malah kamu yang sewot !?
TITA
( emosi, menangis )
Jangan
banyak omong ! pokoknya mulai hari ini aku
benar-benar benci sama kamu !!
TITA terus memasukan pakaiannya ke dalam tas
pakaian serta mike-up seperlunya.
LISDA
( menahan Tita )
Tita
.. sebenarnya ada apa ?!
TITA
( meronta )
Jangan
halangi gua! gua mau pergi dari rumah ini,
sudah
sumpek seperti dalam neraka !
TITA mengunci tas pakaian hendak pergi, LISDA penasaran
menghadangnya.
LISDA
Katakan
dulu ada apa ?!
TITA
( pandangan benci )
Ketiga
laki-laki yang pernah dekat dalam hatiku, semuanya
hanya
berpura-pura ! termasuk Reza, ia ternyata mencintai kamu dan
aku dijadikan sebagai pelariannya saja, tapi kamu munafik! Sok
pura-pura angkuh ! padahal kamu itu pelacur !perek !
TITA menabrak
tubuh LISDA yang tercengang tidak percaya akan kata-kata adiknya yang menusuk
hati.
LISDA
Astagfirullahhaladziimmm
… !
LISDA menitikan
air mata dan duduk merenung di atas tempat tidur, tidak berapa lama BI DEDAH
masuk.
BI
DEDAH
Ada
telepon non ?!
LISDA
Tita
sudah pergi ?
BI
DEDAH
Sudah
… ?
LISDA
Mau
kemana katanya Bi ?
BI
DEDAH
Katanya
sih mau kos barengan sama Susi
LISDA tercengang.
BI
DEDAH
Telepon
non … !
LISDA
( enggan )
Dari
siapa ?
BI
DEDAH
Dari
Mas Nowo …
LISDA
Bilang
saja saya baru pergi …, hpnya ketinggalan !
BI
DEDAH
Baik
non …
LISDA kembali
merenung dengan linangan airmata, tidak berapa lama menyusul suara hp
berturut-turut.
CUT - TO
013. INT / EXT.
TEMPAT TONGKRONGAN. SORE
TITA masih terlihat sedih saat SUSI
mengomentarinya.
SUSI
Kakak
lo, mungkin susuknya banyak, bisa menundukan cowok-cowok ! udahlah gak perlu dipikirkan lagi si Reza itu,
mendingan kita clubbing .. hiburan nanti malam ?!
TITA
Tapi
gua cinta banget ma cowok satu nih Sus !
SUSI
Entar
juga bisa dapat yang lebih dari si Reza, percaya dech ?!
SUSI meminta
pelayan untuk membereskan piring-piring bekas.
SUSI
Mas
bereskan dulu nih piring kotornya !
PELAYAN
membereskan piring-piring kotor.
SUSI
Pesan
capuchino krim yah … atau yang nomer 2 decxh ( melihat gambar )
PALAYAN
mengangguk.
SUSI
Elo
gak nambah lagi ?
TITA mengelangkan kepala lesu.
SUSI
Ach
… elo, masih mikirin cowok ! udah sekarang kita
rencanain buat hiburan nanti malam!
TITA
Enggak
tahu gua sumpek banget rasanya !
SUSI
Kalau
enggak mau hiburan juga kita nongkrong aja di rumah
si Jalil atau si Titin, besoknya baru kita
cari kosan … gimana? Eh
elo ada duit enggak ?
TITA
( mengguk )
Duit
kakak gua, gua curi semuanya berikut emas berliannya, nah ini kalung yang nempel di leher gua juga masih ada,
kalau soal traktir sih tenang aja !
SUSI
Hebat
lo, gua demen banget ma elo ! gitu dong harus berani
melawan
kakak lo yang sudah bikin kecewa dan sakit hati !
TITA
( besar kepala, merasa di puji )
Hahhahah
.. iyalah, toh sama juga duit-duit gua, yang dikirim dari ortu gua !
TITA dan SUSI
masing-masing menepukan sebelah tangan, sebagai rasa setia kawan.
CUT – TO
014. INT.
KAMA UTAMA RUMAH KONTRAKAN LISDA.
MALAM
LISDA membongkar
lemari pakaian serta lacinya, mencari-cari uang dan emas yang hilang. BI DEDAH
kebingungan turut mencari.
LISDA
Emas,
berlian dan uangku semuanya hilang Bi … ?!
BI
DEDAH
Ya
.. ampun, kenapa bisa begitu non ?
LISDA
( kecewa )
Siapa
yang berani ngambil sebanyak itu, lagian bukannya
kamarku
selalu terkunci ?
BI
DEDAH
Iyah
… malah kan dititipkan ke Bibi, tapi Bibi ampun paralun Non, enggak
berani kalau sampai ngambil hak orang lain, bibi cuma beresin
kamar saja lalu di kunci lagi non !
LISDA
Ya
…, palingan Tita tahu dimana tempat penyimpanan kunci yang bibi sembunyikan, meski bibi sudah
beberapakali memindahkannya …
BI DEDAH mengengguk-anggukan kepala. LISDA
masih berpikir kebingungan.
LISDA
( sedih )
Mana
uang itu buat keperluan ibu dan adik-adikku, dah gitu kan mau memperpanjang kontrakan rumah, aduuuh gimana
ini teh Bi … bingung !!
BI
DEDAH
Gimana
atuh yah Non ?! bibi juga jadi hookkeun pisan…, tega !
LISDA
Mana
bayar telepon bengkak dua jutaan lebih, padahal selama bulan kemarin saya kan nyanyi di luar kota Bi …
BI
DEDAH
Aduuuh
Non, bibi mah enggak mau bilang teh takut, itu non Tita sama
teman-temannya suka bergantian make telepon cekikikan ! Kadang
makenya enggak kira-kira dari pagi ketemu pagi lagi … ! tahu
gak non? waktu non masih kuliah, begitu non bangun pagi, non Lisda
baru pulang dari tempat disko …
LISDA memperhatikan pembicaraan BI DEDAH.
BI
DEDAH
Hampir
tiap hari begitu, makanya kalau non nanyain pasti sudah duluan sarapan pagi, padahal mah kecapean,
terus kalau non berangkat nyanyi jam setengah delapan, non Tita siap
pergi dijemput non Susi …
LISDA
Kenapa
baru ngomong sekarang Bi ?!
BI
DEDAH
Iiih
… kan ngancam terus mau ngeluarin bibi, pas non enggak ada di
rumah, hampir tiap hari pesta di rumah ini, mani berisik, kuping
bibi mah sampai budek rasana ge …
LISDA menarik napas panjang, matanya
berkaca-kaca.
LISDA
Kenapa
adikku begitu membenci kakaknya sendiri …, padahal perasaank dia
lebih cantik dan lebih putih dibanding aku …
BI
DEDAH
Mungkin
orang juga lihat hatinya Non, bukan tampang cantiknya …!
LISDA menitikan air mata menatap BI DEDAH.
LISDA
( menyesalkan )
Adikku
yang satu ini gagal lagi ikut tinggal bersamaku … ya ampun ! buat
apa pengorbanan ini saya lakukan, kalau adik-adikku enggak ada
yang jadi insinyur atau sarjana …. buat apa aku seperti ini ?!
BI
DEDAH
Sabar
non …. Sabar, tawekal … !
LISDA terdiam, sejenak suasana hening dalam
kesedihan, BI DEDAH melipat pakaian hendak dirapikan ke lemari.
LISDA
Aku
sudah enggak ada duit lagi bi, mau minta sama Mas Nowo sebel! Pasti nyeritain perceraiannya …
LISDA
membantu BI DEDAH membereskan pakaian.
LISDA
Mau
nyanyi keluar kota, pasti du susulin, apalagi nyanyi dalam kota! Huh
…, pusing jadinya …. Da duit mah harus
tetap dicari … !
BI
DEDAH
Gimana
kalau non hubungi Boss Bobby lagi, kan diamah meskipun babah akew, tapi
baiknya enggak ketulungan, lagian kan katanya Nnon teh pembawa hoki?!
Makanya
kalau ngasih teh mani bro-broan kitu …!
LISDA
( menggelengkan kepala putus asa )
Yah
…, seharusnya aku enggak perlu bilang mau menikah
dengan
Mas Nowo kalau begini jadinya, habis waktu itu kalut banget Bi, Mas Boby yang sudah membantuku kurang lebih
lima tahun, memergoki aku
berpelukan dengan Mas Nowo di teras depan, tapi tetap we Mas Boby teh
(
mengenang ) mengasihkan aku amplop berisi uang dolar, dan aku memperkenalkan
Mas Nowo sebagai calon suamiku … da waktu itu Mas Nowo bilangnya duda, belakangan baru
ketahuan bohongnya …
LISDA menatap BI
DEDAH yang juga menatapnya dengan pandangan turut menyesalkan.
LISDA
Enggak
tahu kalau aku menelpon Mas Bobby, apa dia masih mau menerimaku? ( berpikir ) Ya .. sudahlah …. (
mengalihkan obrolan ) Gimana
setoran rental komputer ada berapa Bi ?
BI
DEDAH ( menghibur )
Dikumpulin
ada sih sekitar tiga ratus ribu lebih …
LISDA
Lumayan
.. buat harian Bi …
LISDA menghapus air mata menatap haru BI
DEDAH.
LISDA
( tiba –tiba )
Malam
ini, perasaanku tiba-tiba merasa enggak tenang Bi,
bibi temenin saya tidur di kamarku yah ?
BI
DEDAH
Iyah
… sudah jam berapa ?
LISDA
Jam
sepuluh lebih, kemana perginya Lisda ya Bi …, sudah cari kemana-mana, enggak
ada yang tau atau mungkin mereka merahasiannya, entahlah
…, aku khawatir terjadi apa-apa sama adikku Bi ?!
BI DEDAH menatap
LISDA dan memujinya.
BI
DEDAH
Si
non ini, tetap saja memikirkan adiknya meski sudah nyakitin hati non juga …
LISDA tersenyum
hambar.
LISDA
Enggak
tahu aku tuh benar-benar menyayangi keluargaku Bi … sudah
kodratnya kali !
BI DEDAH
tersenyum, LISDA tersenyum, kembali pada pekerjaan.
CUT - TO
015. INT.
EXT / INT. GERASI MOBIL RUMAH
KONTRAKAN LISDA. MALAM
Terlihat seorang laki-laki mengenakan
saputangan penutup wajah tengah mencongkel gerasi mobil dengan penuh
kehati-hatian. Setelah terbuka ia menyelinap masuk gerasi mobil. Dalam ruang
gerasi ia mengendap-ngendap mengintip ke ruangan rumah yang sepi. kemudian perlahan ia menghampiri mobil dengan menenteng tas ransel kemudian lagi
mengeluarkan peralatan obeng lengkap.
CUT – TO
016. INT.
KAMAR UTAMA DAN RUANGAN KONTRAKAN LISDA.
MALAM
SFX : suara alarem
mobil berjuit-juit kencang.
LISDA gelisah
tidak bisa memejamkan mata, reflek melompat membangunkan BI INEH yang tidur
dia tas karpet di bawah tempat tidurnya.
BU
INEH ( kaget )
Ada
apa non ?!
LISDA menempelkan
telunjuknya ke bibir. BI DEDAH nampak ketakutan mendengar alarem mobil menyala
terus.
BI
DEDAH ( berbisik )
Ada
maling Non … !
LISDA
( mengangguk ketakutan )
Iyah
.. bi, bagaimana nih … ?
BI
DEDAH
Bibi
mah, enggak berani keluar kamar non !
LISDA megangguk
berpikir mencari akal lalu menyambar telepon hendak menelpon.
LISDA
( telepon tidka menyala )
Aduuh
…, teleponnya tadi saya matikan dari parallel depan !? gimana nih Bi ?!
BI
DEDAH ( tambah ketakutan )
Enggak
tahu non …. Iiiy takut malingnya bawa clurit !
LISDA menenangkan
diri meraih hp dan menyalakannya dan mencoba menelpon, ternyata pulsanya
habis.
LISDA
Ya
… ampun pulsa hpku juga abis … aduuuh … !!
LISDA mengintip
di balik kaca nako. Ruangan tengah nampak sepi tidak ada tanda-tanda
mencurigakan. BI INEH ikut ngintip. LISDA melepaskan gantungan baju dari besi
yang menempel di balik pintu.
BI
DEDAH
Neng
mau keluar kamar ?
LISDA mengangguk.
LISDA
Kalau
ketakutan terus, tambah takut Bi … nekad aja jadinya !
BI
DEDAH ( khawatir )
Non
… gimana kalau malingnya ada tiga atau empat orang bawa senjata tajam !
LISDA menyapu
pandang mencari-cari peralatan bantu kemudian mengambil guci hiasan.
LISDA
Lahaola
aja …lah minta dilindungi ! ayo Bi ..!
BI DEDAH terpaksa mengikuti LISDA keluar kamar dengan mengendap-ngendap beriringan juga menyapu pandang ruangan rumah
yang tidak ada tanda-tanda mencurigakan.
CUT – TO
017. INT.
RUANG SAMPING GERASI RUMAH KONTRAKAN LISDA. MALAM
Suara alarem mobil masih berjuit-juit semakin
kencang. LISDA dan BI DEDAH masuk ruang dapur. LISDA reflek mengambil besi
panjang, BI DEDAH mengambil pisau dapur. Kemudian mereka berdua mengintip
gerasi mobil yang tidak ada tanda-tanda mencurigakan terlihat sepi.
LISDA
Enggak
ada orang kok Bi ?!
BI DEDAH penasaran
turut membaca situasi kemudian sejenak ia menenangkan diri.
BI
DEDAH (merasa tenang)
Iyah
… enggak ada siapa-siapa non, mungkin konslet kali non !
LISDA mengangguk
tapi tetap waspada kemudian membuka pintu garasi dari arah dapur. Setelah diltihatnya aman tidak
ada siapa-siapa, LISDA dan BI DEDAH sama-sama menghempaskan napas lega. Kemudian
LISDA membuka pintu mobil yang tidak terkunci.
LISDA (bingung)
Perasaan?
tadi aku menguncinya dech Bi …
BI DEDAH kembali
ketakutan curiga.
LISDA
( menenangkan )
Bisa
aja saya lupa sih … !
Saat BI DEDAH dan LISDA membuka pintu mobil
samping depan. Terlihat kepala laki-laki muncul dari dalam mobil. LISDA langsung
menghamtamkan besinya mengenai kepala LAKI-LAKI tersebut yang langsung mengaduh
kesakitan dan membuka saputangan penghalang wajahnya. Dan ternyata laki-laki itu kakak LISDA yang
paling besar.
A-A
Aduh
… ieu saya … saya lisda … Aa !
LISDA tercengang. BI DEDAH menghela napas
mengurut dada.
LISDA
Ya
ampun Aa … ngapain tidur di mobil ?!
BI
DEDAH
Hampir
copot jantung Bibi … aduuuh !!
AA cengengesan keluar dari mobil dengan
menetang tas ransel, seperti mabuk.
AA
Habis
takut ganggu kalau mijit bel rumah !
LISDA
( curiga, ditutupi )
Jadi
loncat pagar tinggi itu …?
AA
( cengengesan )
Iyah
.. hehheh !
LISDA
Aduuuh
untung enggak ketahuan satpam,kalau ditangkep pasti digebugin rame-rame!
Aa .. Aa ..! Ayo masuk A … ( pada Bi Dedah ) bikinin kopi Bi …
BI
DEDAH
Iyah
non …
BI DEDAH ngeloyor
lebih duluan. LISDA menyalami kakaknya sambil mematikan alarem mobil.
LISDA
( mencium bau minuman keras )
Mabuk
minuman yah A ?
AA
Sedikit,
tadi ada yang ngasih !
LISDA
Ayo
masuk duluan … !
AA melangkah masuk ruangan dalam, sementara
LISDA mengunci pintu mobil. Kemudian menghampiri BI DEDAH yang masih terlihat
cemas.
LISDA
Aduuuh
ternyata kakakku Bi, gimana kalau tadi kita lapor polisi atau telepon Mas Nowo atau temanku lainnya kan
bikin malu Bi …
BI
DEDAH
Iyah
… non, tapi bibi mah takut sama kakak non ini, bener non, semenjak pernah menodongkan pisau maksa minta
duit sama Non!?
LISDA
Iyah
.. sih … tapi kan tempo itu kelihatannya lagi mabuk berat !
BI
DEDAH
Ia
juga suka nyuri apa saja yang bisa di jual, kalau non ngasih duitnya kurang, pernah kan celengen ayam besar di
bobok Non !
LISDA
Ya
udah,gak usah dibahas, aku sudah merelakan kok Bi … cepat bikin kopinya
sekalian aku juga mau, mau ajak ngobrol kakakku !
BI
DEDAH
Iyah
… non !
LISDA ngeloyor
masuk ruangan. BI DEDAH menanak air.
CUT – TO
018. INT.
RUANG TENGAH RUMAH KONTRAKAN LISDA.
MALAM
Dua gelas kopi
sudah terhidang di meja tamu. AA nampak cengengesan matanya merah.
LISDA
Kebetulan
A, duit saya baru hilang enggak tersisa, jadi gimana atuh enggak bisa nolong anak Aa sakit, ke emmak
atuh gimana ?
AA
Ach
… si emmak baru nonghol liat muka Aa aja udah marah-marah, males
lagian Iis enggak ngasih mana ada duit si emmak !
LISDA
Seminggu
yang lalu sudah dikasih sih lewat adikmu !
enggak
tahu sudah habis apa belum ?
AA
Habis
kali, soalnya kemarin Aa lihat ngambek terus !
LISDA
Saya
mani, bingung atuh A …, mana si Tita minggat dari rumah enggak
bilang-bilang sekarang bagaimana keadaannya, tidur dimana lagi ?
AA
Ach
.. si Tita, di bandung juga sudah sering ngilang enggak heran lagi!
LISDA
Yang
bener A, boro ku sayah teh di pingit pisan da takut seperti saya !
AA
( nyengir mulai terlihat ngantuk )
Malah
suka mabuk, minum valium juga pernah !
LISDA
Masa
.. ?!
AA tersenyum
tipis, sejenak suasana diam.
AA
Tadinya
kalau Is ada duit sekalian pinjemin modal dulu buat usaha limbah
kain dari pabrik, paling perlu tujuh juta semuanya …
LISDA
( berpikir )
Kalau
gitu tunggu bulan depan coba, gimana A, bisa ?
AA
Perlunya
juga sekarang mumpung ada yang nampung ! da Aa mah pesta kawin ge gak ada yang nyumbang, teu seperti ke
dua adikku, mani di meriahkan …
LISDA
Kan
Aa mah nikahnya enggak disetujuin lain dengan Kak Lina Dan Neni
AA
( seperti memaksa )
Makanya
enggak usah di sumbang pinjemin aja !
LISDA
Da
enggak ada duitna ge atuh A, musti di gimanain ?! paling kalau Aa tega mah ambil mobil jual!
AA cengengesan
tidak banyak bicara lagi, matanya terlihat berpejam-pejam menahan kantuk.
LISDA
A
… ? tidur ?!
AA
( ngantuk )
Hmhm
?
LISDA
Pindah
kamar atuh … biar enak !
AA tanpa menjawab
ia tertidur dikursi tamu.
CUT - TO
019. INT.
KAMAR UTAMA RUMAH KONTRAKAN LISDA.
MALAM
LISDA nampak
gelisah kebingungan ia menangis, disudut tempat tidur.
LISDA
( dalam hati )
Sudah
malam, apa boleh buat perlu uang sekarang !
LISDA
( memjit telepon )
Halo
… Mamih Golda ?
O.S MAMIH GOLDA
Haey,
Lisda ya, ampun, kirain dah kemana? tumben telepon lagi, ada apa ?
LISDA
Pusing
nih Mih, mau minjem uang dulu, bayarnya nanti dilebihin dech…
O.S
MAMIH GOLDA
Aduuhh
gini hari pinjem duit, boss mu calon your husband gimana ?
LISDA
Jangan
ributlah Mih … kepepet duit nih Mih, beneran, bisa acarain gak ?
O.S MAMIH
Kapan
?
LISDA
Sekarang
… !
O.
S MAMIH GOLDA
Bentar
mamih ngomong dulu ma Boss jepang nih …( diam sebentar )
LISDA
Gimana
Mih, halo ?
O.
S MAMIH GOLDA
bayaran
satu setengah jeti, mamih potong gope mau enggak ?
LISDA
Jangan
banyak-banyak atuh Mih, potongannya perlu duit nih !
O.S MAMIH GOLDA
Segitu
juga dah bagus, masih ada boss yang mau
malam-malam gini, mau enggak ?
LISDA berpikir sesaat.
LISDA
Yah
udah mamih smskan aja kemana meluncurnya … bye !
LISDA menaroh
telepon, kemudian bergegas membuka lemari memilih pakaian.
CUT - TO
020. INT / EXT.
RUMAH KONTRAKAN LISDA. PAGI
AA sudah berada
dalam mobil. Posisi gerasi sudah terbuka. Tidak berapa lama mobil melaju keluar
rumah, BI DEDAH yang tengah mencuci piring terkagetkan serentak mengejar , mobil
sudah menghilang.
BI
DEDAH ( menggerutu )
Ya
… ampun dasar maling, enggak kasihan sama adiknya sendiri !
BI DEDAH
melongok-longok ruang dalam yang masih sepi, tiba-tiba LISDA muncul dari ruang
gerasi terheran-heran dengan wajah terlihat lelah, pandangannya memerah agak mabuk.
LISDA
Bi
.. mobil kemana ?
BI
DEDAH ( melinangkan air mata )
Dibawa
kabur kakakmu non … katanya mau dicuci sambil dipanasin …
LISDA terdiam dengan mata berkaca-kaca.
LISDA
Semalam
kebanyakan minum, jadi enggak bisa pulang cepat !
LISDA berpikir
bingung.
BI
DEDAH
Kirain
non masih tidur dalam kamar ?
LISDA menitikan
air mata.
LISDA
( menghapus air mata )
Saya
habis cari uang Bi, tadinya buat ngasih kakakku … tapi ?!
LISDA kembali
melinangkan air mata, kemudian ia tersadar.
LISDA
Malam
aku lupa ngunci kamar BI … jangan-jangan bpkp mobil ?
LISDA bergegas
melangkah menuju kamar diikuti BI DEDAH.
CUT - TO
021. INT.
KAMAR UTAMA RUMAH KONTRAKA LISDA.
PAGI
LISDA membuka laci
lemari. BPKB sudah tidak ada ditempatnya.
LISDA
( kecewa membantingkan diri ketempat tidur )
Ya
… Tuhan … !
BI
DEDAH ( iba )
Hilang
ya non ?!
LISDA mengangguk
menepuk-nepuk kepalanya, jiwanya nampak tertekan.
LISDA
Bingung
Bi, mangkaning besok ada orang dah janji mau nyewa mobilku !
LISDA menutup wajahnya dengan ke dua tangan
ia bingung, menangis.
LISDA
( terisak – isak )
Kurang
saya apa membantu keluargaku, tapi mereka tidak pernah mau
tahu keadaanku Bi, kenapa bisa begini …, hingga aku enggak bisa konsen untuk meneruskan kuliah lagi Bi,
apalagi ngumpulin uang buat ikut praktek ujian akhir, karena keluarga
tidak pernah berhenti
menginginkan uang hasil jerih payahku yang
kadang melacur sampai-sampai
hampir dibunuh orang …. ?!
BI DEDAH turut terisak menangis.
BI
DEDAH ( sedih )
Iyah
… Non, bibi tahu pengorbanan Non dari dulu, bibi saksi hidup atas penderitaan non menghadapi keluarga non,
terutama non Tita enggak ada berhenti-berhentinya nyakiti non,
yang bungsu
juga dah tanda-tanda, bakalan seperti Non Tita …
Sejenak saling
berisak tangis. LISDA dan BI DEDAH menghentikan tangis ketika terdengar suara
bell rumah berbunyi.
LISDA
( menghentikan tangis menghapus air mata )
Lihat
Bi … siapa yang datang ?
BI DEDAH bergegas
ke luar kamar sambil menghapus air mata dengan kedua tangannya. LISDA ngeloyor
duduk depan kaca cermin, menyisir rambutnya yang acak-acakan.Tidak berapa lama
BI DEDAH muncul.
BI
DEDAH
Ibu
neng ibu … !
LISDA nampak putus asa.
LISDA
Aduuuh
…, pusing dech Bi …, ibu pasti datang kesini minta uang ! sudah masuk ?
BI
DEDAH
Ada
didapur lagi beresin oleh-oleh dari kampung !
LISDA terdiam
sejenak merenun. BI DEDAH berlalu.
CUT - TO
022. INT.
RUANG MAKAN RUMAH KONTRAKAN LISDA.
SIANG
LISDA nampak resah menghadapi ibunya BU
SULIS. Hidangan makanan baru disiapkan BI DEDAH di meja makan.
BU
SULIS
Emmak
teh udah ngasih uang muka untuk bayar tanah tetangga, habis murah sayang kalau diduluin orang …
LISDA nampak lemes mendengar ceritaan
ibunya.
LISDA
Tanah
ibu kan sudah lebar buat apa lagi beli-beli tanah emmak, toh
adik-adik masih perlu biayai buat sekolahnya ?
BU
SULIS ( tiba-tiba emosi )
Ini
juga emmak maksain beli itu, buat masa depan anak-anak, kan
meren enak dapat warisan nantinya …
LISDA
( mencoba lirih )
Iyah,
tapi kan saat sekarang yang penting itu ilmu Mak, kalau tanah-mah kena gempa juga bisa habis, coba kalau ilmu
bisa bermanfaat untuk
bekal hidup anak-anak ibu …
BU
SULIS ( tersinggung )
Kamu
teh nyindir nya ?! pendidikan sakola penting …!
Tanah juga lebih penting !
LISDA tidak
menjawab, membuang muka menghapus ujung mata yang hendak berlinang.
BU
SULIS
Sok
pikir ku Iis, tanahmah tidak akan jatuh, naik terus … !
LISDA ( AKHIRNYA MENJAWAB )
Iyah,
tapi Iis teh sekarang udah cape cari uang terus mmak, ingin istirahat
dulu, dari kecil enggak ada berhentinya kerja keras buat
bantu biaya keluarga, apa aja Iis kerjakan, masa smp kerja di
bar malam, masa remaja tidak pernah dinikmati emmak … da
emmak kalau enggak punya uang selalu marah-marah … !
BU
SULIS ( beranjak )
Maksudnya
apa kamu menceritakan masa lalu ! emmak-mah
enggak
akan minta uang kamu, cuma emmak ingin ngobrol
saja masalah tanah, apa emmak salah ?!
LISDA melinangkan air mata, BU SULIS ikut
menangis.
LISDA
( mengalah, lihat ibunya terisak mennagis )
Maaf
emmak kalau Is salah bicara … emmak emang bener, tanah itu semakin hari semakin mahal, cuma Is bingung
baru kemalingan !
BU
SULIS ( kaget )
Kemalinggan
kumaha?
LISDA
Yah
maling, masuk rumah, nyuri emas berlian, uang, juga mobil !
BU
SULIS
Euleuh
…., pantes mobilnya enggak ada, kirain masuk bengkel lagi! Udah
lapor polisi?!
LISDA
( menggelengkan kepala menutupi )
Enggak
mah, males, katanya kalau laporan hilang ayam malah bisa hilang sapi !
Mengangguk-ngangguk.
BU
SULIS
Atuh
kumaha? Kan emmak teh hayang saja jalan-jalan mutar kota !
LISDA tersenyum pahit, kemudian mengalas
nasi kepiring ibunya.
LISDA
( mengalihkan pembicaraan )
Habis
makan saya akan cari Tita, ibu mau ikut ?
BU
SULIS
Males,
kalau enggak pake mobil mah …
LISDA
Yah
udah, ibu istirahat saja .. biar saya yang nyari, khawatir tu da … !
BU SULIS memgambil
priring yang sudah terisi nasi.
CUT - TO
023. INT.
KAMAR UTAMA RUMAH KONTRAKAN LISDA.
MALAM
BU SULIS nampak
membereskan tas-tas dan dompet memeriksa satu-satu mencari uang milik Lisda. Kemudian
membuka laci lemari membenahi pakai-pakaian dalam lemari sambil merogoh-rogoh
lipatan koran alas pakaian. BU SULIS menemukan amplop yang langsung ditanyakan
pada TITA yang baru ngeloyor masuk kamar ( baru pulang mencari Tita )
memegang-megang kepalanya.
BU
SULIS ( membuka isi amplop )
Gening
masih ada uang nih … !
LISDA yang nampak
pasrah merasakan pening dikepala menengok ibunya.
LISDA
Yah
.. Cuma segitu lagi emmak, kalau emmak perlu ambil saja …!
BU
SULIS
Kan
kamu juga perlu … ?
LISDA tersenyum tawar. BU SULIS memasukan
amplop tersebut ke dalam saku bajunya kemudian matanya terlempar pada amplop
besar yang terjatuh di lantai ketika BU SULIS menarik lipatan baju yang tersusun
di lemari.
BU
SULIS ( membuka amplop, survise )
Iyeu
naon ? gening surat rumah dan surat mobil atas nama kamu Iis( senang ) di mana atuh mobil jeung rumahna teh
?
LISDA
( sambil meringis kesakitan )
Aduuuh
…, itumah Mah Cuma iming-iming, kalau jadi nikah yah akan jadi
milik Is, kalau enggak jadimah .. yah terserah Mas Nowo we achh … !?
BU
SULIS ( mengangguk-angguk, senyumnya makin melebar )
Atuh
jadikeun we …, lebar atuh mobil jeung rumah keur Mas kawin mereun ?!
LISDA
( putus asa, agak kesal )
Yah
.. kumaha jodoh we Mak … ?
LISDA memijit-mijit kepala yang tanpa ada
perhatian dari BU SULIS yang kala itu memasukan surat-surat dalam amplop besar
dan menarohnya di bawah lipatan pakaian.
BU
SULIS ( seperti basa-basi )
Gimana
sudah ketemu si Tita ada dimana?
LISDA
( memperkeras pijitannya )
Sudah
sih, tapi enggak ketemu! kata teman-temannya, lagi nyanyi sudah
berjalan sebulan malah … pantes buku laguku pada hilang !
BU
SULIS
Bagus
atuh, jadi penyanyi kayak kamu bisa dapat uang banyak!
LISDA
( terperangah )
Ih
ari emmak, jadi penyanyi malam mah bahaya emmak! Berhadapan sama orang-orang bragajul ! Iis teh pinginnya
adik-adik itu maju sekolah! Jangan kayak Iis, di omongin orang, awewe
enggak bener … !
BU SULIS
mengangguk tidak terlihat kekhawatiran diwajahnya.
BU
SULIS
Yang
penting mah, si Tita enggak pulang ke bandung, da emmak mah sudah tidak
sanggup sama kalakuan si Tita teh?! sekarang yang bikin kesel teh si Bungsu, sepertinya habis tamat
smpnya ibu pindahin juga
ke sini, sekolah di sini lagi, tinggal sama kamu …
LISDA tercengang,
sakit dikepalanya sudah tidak dirasakannya lagi. BI DEDAH muncul
memberi tahu.
BI
DEDAH
Non,
ada orang nganterin mobil katanya dari Bapak Nowo … !
LISDA terheran-heran kebingungan.
LISDA
Lo
…, Mas Nowonya ?
BI
DEDAH
Katanya
masih sibuk, mungkin besok pagi ke sini, tapi tamu itu minta serah terima, perlu tanda tangan N’Non …
LISDA
Iyah
… tapi, kok nganterin mobil kayak tahu mobilku hilang ?!
BU
SULIS ( senang )
Kan
tadi siang ibu ngobrol sama Masmu, ya ibu ceritakan saja keadaan yang sesungguhnya …, sekalian emmak
minta digantiiin mobil …
LISDA
( menatap ibunya )
Suruh
tunggu sebentar Bi, sekalian tolong beliin obat sakit kepala seperti biasa ( pada Bu Sulis )Emmak, kenapa harus
bilang begitu ?!
BI DEDAH mengangguk sambil berlalu.
BU
SULIS ( cuek )
Kan
lebih baik terus terang, buktinya atas keberanian emmak, Mas Nowomu langsung
membelikan mobil, katanya untuk sementara yang jelek dulu, sekedar gantiin mobil yang hilang !
LISDA
Aduuuh,
emmak …! Aku tuh sudah mau menghindar
dari
Mas nowo, mau putus !
BU
SULIS
Kenapa,
aduuuh, entong diputuskeuan Is, lebar mobil dan rumah baru !?!
LISDA
Mas
Nowo, terlalu mencintai Is mah, ia mau menceraikan istrinya !
BU
SULIS
Bearti
… bener-bener mau tanggung jawab kalau begitu, kan senang ibu bisa minta tanah buat bikin
kontrakan-kontrakan baru lagi !
LISDA
menggelengkan kepala, lalu memegang kepalanya yang berasa semakin pening.
BU
SULIS
Aduuuh
bu, kepalaku tambah sakit, tolong tanda tangani sama ibu saja . ...
LISDA meringis
kesakitan, menekankan kepalanya kebantal.
CUT - TO
024. INT.
RUANG DEPAN RUMAH KONTRAKAN LISDA.
PAGI
MAS NOWO menanda tangan sebuah cek kontan
buat BU SULIS yang nampak tertawa-tawa senang. sementara LISDA nampak merenung
malu.
BU
SULIS
Hhahhah,
Ieu teh cek nya, hahah dimasukin ke bang, terus di gimanain?
MAS
NOWO ( bercanda )
Yah
.. kasih saja ke Satpam bu, bilang saja buat bapak gitu aja ….
BU
SULIS ( bingung sambil tertawa )
Hahahhah!
atuh jadi gimana ?
MAS
NOWO
Ya
… jadi milik satpam Bu …!
BU
SULIS
Huahahhahah
…, bisa aja Ade nih, candain emmak … heuheuyy !
LISDA
( menjelaskan )
Emmak
tinggal masukin rekening emmak saja, kalau enggak tahu tanya penjaga Bang nanti dikasih tahu emmak …
BU
SULIS
Oh
… gitu, ach .. emmak mah mau nyimpan cek dulu bisi hilang … !
BU SULIS bergerak
melangkah masuk ruangan, MAS NOWO menatap LISDA.
LISDA
( mendahului )
Tolong
jangan cerita dulu tentang perceraianmu …
MAS NOWO
tersenyum, menyulutkan rokok baru.
MAS
NOWO
Ayo
kita pergi …
LISDA
Kemana
?
MAS
NOWO
Terserah
mau ketoko berlian atau ke butik ?
LISDA
Aku
lagi malas pergi-pergi Mas !
MAS NOWO heran,
menatap LISDA.
LISDA
( bingung )
Bentar
saya kebelakang dulu, ada perlu sama ibu
!
MAS NOWO
mengangguk menyerbungkan asap rokoknya.
CUT - TO
025. INT.
KAMAR UTAMA RUMAH KONTRAKAN LISDA.
PAGI
BU SULIS nampak
bebenah membereskan pakaian kedalam tas pakaian.
BU
SULIS ( ceria )
Mumpung
ada De Nowo, emmak mau sekalian minta diantar ke terminal, da ngapain lagi uang sudah dapat, ingin cepat
ngelunasin tanah !
LISDA
( memberanikan diri )
Mah
… aku sebenarnya malu, emmak ngeluh-ngeluh sama Mas Nowo …(
mengenang ) Emmak masih ingat kejadian 11 tahun lalu tentang penganiyaan terhadap diri Iis?
BU SULIS menatap
tajam LISDA, kemudian duduk.
LISDA
( menahan kesedihan )
Itu
karena emmak sering nuntut minta ini,
itu sama boss gila itu …!
BU
SULIS ( menyalahkan )
Ach
kalau boss geblek itu memang punya penyakit kelainan jiwa ! Kamu
juga yang salah kenapa bisa kumpul serumah sama boss kayak gitu !!
LISDA
Keadaan
mendesak emmak, lagian Lisda kan sering di sekap
enggak boleh keluar dari rumahnya !
BU
SULIS ( salah tangkap )
Jadi
maksudnya sekarang emmak harus ngembaliin cek ini gitu ?!
LISDA
( menarik napas, menggelengkan kepala )
Enggak
emmak, cuma takutnya penyiksaan itu terulang lagi,
Lisda trouma emmak !
BU
SULIS
Emmak
juga kalau mengingat-ngingat peristiwa yang heboh memalukan itu, bisa-bisa
seperti bapakmu tidak berani pulang ke rumah, ocehan tetangga sampai
sekarang masih ada saja yang nanyain kamu, makanya kamu
kudu berhasil, kayak raya … kawin sama Mas
Nowo pengusaha muda, jadi
istri ke dua juga enggak masalah kalau memang sudah jodoh ?!
SULIS
( kaget )
Emmak
?
BU
SULIS
Sudah
jangan ungkit masa lalumu yang bikin emmak shock !
da
kalau di bandingkan penderitaanmu sama penderitaan
emmak
pasti lebih menderita emmaklah …
LISDA terdiam sedih, agak merenung-renung.
BU
SULIS ( jadi sedih )
Bayangin
emmak ngebesarin delapan anak, sedangkan bapakmu hobbynya
cuma mancing, mabuk dan judi, enggak mau tahukontrakan
habis diusir-usir yang punya rumah, untung kalian masih hidup juga, sekarang bapakmu tidak kelihatan lagi batang
hidungnya! apa masih hidup atau mati dimangsa srigala ?!
LISDA terhentak,
dada berasa sakit seperti tertusuk hingga LISDA meringis memegang bagian
dadanya kemudian menelungkupkan tubuhnya ke atas kasur, mengganjal dadanya dengan
bantal. Sementara BU SULIS kembali memasukan pakaiannya ke dalam tas sambil
terisak menangis.
CUT - TO
026. INT.
EXT / INT. RUMAH KONTRAKAN LISDA. PAGI
BI DEDAH terheran-heran melihat seorang
wanita cantik, tinggi semampai rambut sebayu berkaca mata hitam turun dari
mobil masuk pekarangan rumah.
AIDA
( sopan dan berwibawa )
Maaf
embok …
BI
DEDAH ( bertanya-tenya )
Iyah
embak, eh .. Bu, mau ketemu siapa yah ?
AIDA
( tersenyum tipis )
Saya
mau bertemu .. hmh, Bu Lisda, ada ?
BI
DEDAH ( mengangguk )
Dari
mana yah … Bu ?
AIDA
Saya
istrinya Pak nowo …
BI DEDAH kaget.
ADIA
( tersenyum )
Saya
tahu suami saya sedang disini, tolong panggilkan, saya
datang dengan baik-baik kok mbok tidak usah
khawatir …
BI
DEDAH
Iyah
.. iyah, masuk… silahkan masuk .. !
BI DEDAH tergepoh-gopoh masuk lewat samping,
sementara AIDA masuk lewat depan. MAS NOWO serentak membenarkan posisi duduknya
ketika melihat istrinya datang.
MAS
NOWO ( serba salah )
Mah
…
AIDAH
( tersenyum )
Santai
saja pah, tidak perlu salah tingkah kok!
MAS
NOWO
Tapi
buat apa datang kesini ?
AIDA
Sekedar
mau tahu aja, bagaimana fisik wanita yang bisa merebut
papah dari hati mamah, sampai papah lupa anak
istri …
MAS NOWO bingung,
tidak berapa lama LISDA muncul. Saling tatap.
AIDA
( berdiri emmbuka kaca mata )
Kenalkan
saya Aida … istrinya Mas Nowo !
AIDA dan LISDA
berjabat tangan.
LISDA
Saya
Lisda …
AIDA kembali
duduk, dipersilahkan LISDA. Sejenak suasana jadi kaku.
MAS
NOWO ( memecahkan kekakuan )
Dari
mana mamah tahu hmh …
AIDA
( tersenyum )
Kalau
bangkai disembunyikan lama-lama juga tercium baunya kok pah ….
MAS NOWO terdiam
bingung, LISDA tertunduk.
AIDA
Maaf
De … usianya berapa sekarang ?
LISDA
Mau
menginjak 29 mbak …
AIDA
Beda
satu tahun, saya mau tiga puluh satu !
AIDA menyapu
pandang sudut-sudut ruangan.
AIDA
Rumah
sendiri ?
LISDA
( jadi tegang )
Masih
ngontrak, dikontrakin Mas Boby kok, sebelum ketemu Mas Nowo …!
AIDA
( mengangguk )
Oooh
… ! ada rencana mau pindah rumah baru dong ?!
LISDA kebingungan, tiba-tiba MAS NOWO
menghentikan pembicaraan istrinya.
MAS
NOWO
Mah
.. tolong jangan cari gara-gara disini, karena ini semua kesalahan
papah, bukan kesalahan Lisda !
AIDA
( bersikap tenang )
Enggak
kok mamah kan sudah bilang mau baik-baik aja kok !
LISDA
( menyetujui )
Iyah
… betul Mas, biar semuanya bisa lebih jelas !
MAS
NOWO
Tapi
seenggaknya lebih baik kita bicara dulu berdua mah …!
LISDA
Tolong
Mas, saya lebih suka terbuka juga …
AIDA tersenyum
mengangguk.
AIDA
Kalau
papah merasa keberatan untuk menyaksikan obrolan antara papah dan pacar gelap papah, silahkan papah
cari angin dulu ….
MAS NOWO jadi
terdiam, berpikir.
MAS
NOWO
Sebenarnya
mamah mau apa datang kesini, toh kita sudah sepakat untuk bercerai ?
LISDA
( tiba-tiba menjawab )
Enggak,
saya enggak mau itu terjadi Mas ?!
AIDA menatap LISDA
menyelidik.
LISDA
Betul
mbak, saya sudah memikirkannya jauh hari … tunggu !
LISDA bergerak kebelakang, MAS NOWO
memperhatikan istrinya yang terus tersenyum.
MAS
NOWO
Mamah
ingin tahu papah bisa nekad ?
AIDA
Enggak,
bukan itu yang mamah harapkan ?
MAS
NOWO
Jadi
?
AIDA
Mamah
Cuma ingin tahu, apa pilihan papah mencari pengganti ibu buat
anak-anak itu tepat enggak ? atau malah nanti papah kejebak punya istri yang hanya menginginkan harta kekayaan papah saja ?!
LISDA muncul, AIDA
kembali tersenyum ramah.
AIDA
( tiba-tiba )
Adikmu dan temannya, Susi menceritakan masa
lalumu De … ?
LISDA teperangah, agak merenung.
LISDA
( mengangguk )
Apa
yang dikatakannya semua benar emmbak !
AIDA
Suamiku
sudah tahu belum tentang peristiwa itu !
LISDA merasa
ditantang, ia kembali bergerak kebelakang.
LISDA
Tunggu
sebentar !
MAS
NOWO ( bingung )
Ada
apa sih Mah ?
AIDA
Nanti
juga papah akan tahu !
LISDA kembali
muncul menenteng album arsif pribadi ( guntingan koran ) dan memberikannya pada
AIDA yang kemudian dibuka satu persatu sambil dibacakan agak keras.
AIDA
Seorang
pelacur jalanan, anak smu nyaris tewas hendak di bunuh … Karena
mau diperas seorang boss tega menganiaya perek jalanan.... Lisda pelacur jalanan dianiaya boss semen
levennya …
MAS NOWO
terhentak, turut melihat lembaran arsif pribadi tersebut, lalu beranjak berdiri
dengan mata mulai berkaca-kaca. Tanpa bicara MAS NOWO berlalu dengan langkah
setengah gontai.
AIDA
Papah
… ?
MAS NOWO tidak menyahut ia masuk ke dalam
mobilnya dan melaju meninggalkan pekarangan rumah. LISDA dan AIDA sejenak
saling diam.
LISDA
( memulai dengan berkaca-kaca )
Itulah
saya yang sebenarnya embak … jadi embak enggak perlu takut, saya tidak akan merebut Mas Nowo dari emmbak …
AIDA
Maaf
kalau kedatangan saya ternyata membongkar masa lalumu yang suram De ..
LISDA
Saya
malah senang emmbak, rasanya hati saya jadi plong … !
LISDA menutup album arsif pribadinya,
kemudian mengeluarkan sertifikat rumah.
LISDA
Dan
saya tidak ber-hak untuk mendapatkan pemberian ini embak … !
AIDA membaca
sertifikat tersebut, kekecewaan tersirat diwajahnya.
AIDA
( berkaca-kaca )
Laki-laki
biasa kalau sudah berhasil bisa seenaknya seperti ini,dulu
waktu kami menikah tinggal di rumah petakan, soalnya orang tua Mas Nowo tidak menyetujui pernikahan kami De …
LISDA mengangguk
menitikan air mata.
LISDA
Yah,
ini hak embak untuk mendapatkan rumah baru lagi, meski embak sudah punya rumah mewah sekarang … ambilah
embak, ini bukan hak-ku …!
AIDA mengangguk, LISDA mengembalikan BPKB
mobil dan surat pembeliannya.
LISDA
Ini
juga saya kembalikan embak …
AIDA
( terharu )
Makasih
De …
LISDA
Juga
mobil yang sekarang ada di garasi silahkan ambil saja embak, saya tidak membutuhkannya ….
AIDA mengangguk kemudian menelpon sopirnya
via hp.
AIDA
Man
… ibu perlu kamu untuk membawakan mobil … yah,
nanti
alamat jelasnya Ibu smskan … !
AIDA menutup hp,
lalu menatap LISDA yang nampak menghapus air matanya.
CUT – TO
027. INT. KAMAR UTAMA RUMAH KONTRAKAN LISDA. SORE
LISDA sejenak merenung sendirian dalam
kamar, menitikan air mata, kemudian teringatkan.
LISDA
( dalam hati )
Mas
Boby …. Iyah Mas Boby, aku harus menelpon Mas Boby !
LISDA meraih hpnya dan mengoling nama Boby
yang di save dalam hp.
LISDA
Mas
…, mau ketemuan lagi ma Lisda enggak ?
O.S
BOBY
Apa
khabar Lisda, sudah setahun lebih enggak dengar suaramu?
LISDA
hmh…
sama dong, kangen nih !
O.S
BOBY
Katanya
enggak mau ketemu lagi, sudah mau nikah ?
LISDA
Nikahnya
enggak jadi kok, males sudah punya istri, mending sama Mas
Boby masih single dan lebih asik lagi … !
O.S BOBY
Aku
masih sibuk, nanti aku telepon lagi yah
… ok .. bye !
LISDA tersenyum-senyum simpul menutup hpnya,
kemudian meraih telepon rumah dan memijit nomer lain sambil melihat catatan
buku telepon.
LISDA
Boss
… masih ada lowongan enggak …? Aku Lisda …., langsung bisa masuk, besok malam nyanyi?….. okey …. Okey …. Thank
you boss … !
LISDA kembali tersenyum-senyum menerawang,
tiba-tiba telepon berdeirng, LISDA mengangkatnya terdengar suara TITA menangis.
O.S TITA
Teh
…, tolongin Tita teh … hihk ..hik !!
LISDA
( cemas penuh kekhawatiran )
Ada
apa Ita … ?!
OS TITA
Aku
enggak bisa pulang ditahan orang hotel !
LISDA
Iyah
… kenapa, bicara yang jelas Ta !
O.S
TITA ( sejank menangis )
Aku
enggak punya duit buat bayar hotel selama sebulan di sini …
LISDA
Hotel
mana?
OS TITA
Hotel
kalimantan !
LISDA
Aduuuh
itu kan hotel berbintang … mahal Ta !
O.S TITA
Justru
itu teh, tolongin Tita teh … takut .. !!
LISDA
Kamu
sama siapa disana ?
O.S TITA
Sama
musuh teteh, Susi !
LISDA
Kata
teteh juga, temanmu itu mempengaruhi enggak benar sama kamu …
O.S TITA
Tolongin
teh …
LISDA
( merasa kasihan )
Iyah
… nanti teteh usahakan bagaimanapun juga, kamu tenang saja dulu …
O.S TITA
Sekalian
sama ongkos pesawat teh .. dua orang !
LISDA
( menyanggupi )
Iyah
.. iyah …, udah yah …
LISDA menutup
teleponnya cemas dan kebingungan.
CUT – TO
028. INT. TEMPAT HIBURAN MALAM. MALAM
Selesai menyanyi music live berubah menjadi
acara hiburan musik house. LISDA turun dari podium disong-song MANAGER.
MANAGER
Ada
yang mau berkenalan Lis … boss besar !
LISDA
Aduuuh,
entar aja dech, aku dah janjian sama bossku …!
MANAGER
Sebentar
saja kenalan doang … takut dia marah bisa tutup nih pub kita !
LISDA
Tolong
bilangin maaf …
LISDA bergerak
melangkah hendak menemui BOBY yang sudah menunggunya berdua temannya yang sudah
duduk bersama penyanyi lain. Tiba-tiba pandangan LISDA tertuju pada seorang
LAKI-LAKI bernama YAMAN yang juga tengah menatapnya. Sejenak LISDA terperangah,
jantungnya berdebar-debar tetapi LISDA harus menghampiri BOBY yang
menggeserkan posisi duduknya.
LISDA
( bersalam-salaman )
Waduh,
yang super sibuk ! tumben juga bisa datang ke sini ?
BOBY tersenyum keci. LISDA duduk
disebelahnya. Saat terduduk pandangannya kembali menangkap sosok YAMAN yang
terus menatapnya. LISDA mencoba mengusir perasaan yang tiba-tiba aneh
dirasakannya.
LISDA
Apa
kbabar Mas dah lama sekali yah enggak
ketemu …
BOBY
( tersenyum, tampang serius )
Aku
sudah transfer uang sama adikmu … besok dia naik pesawat pagi katanya !
LISDA
Makasih
banget, Mas Boby bisa menolongku !
BOBY
Aku
enggak bisa lama-lama disini !
LISDA
Lo
kenapa?
BOBY
Enggak
biasa, mending kita mojok saja mau, kan kangen juga dah lama !?
LISDA mengangguk setuju. Tidak berapa lama
BOBY menanda tangan bon pembayaran. Kemudian TEMAN BOBY berdiri diikuti BOBY
disongsong MANAGER.
BOBY
Aku
duluan nunggu di mobil yah, jangan kelihatan berengan
enggak enak dilihat orang!
LISDA mengangguk,
BOBY dan temannya berlalu. MANAGER menarik LISDA.
MANAGER
Lis
bentar saja sekedar kenalan ayo …
LISDA
menggelengkan kepala. MANAGER menarik tanganya kearah YAMAN membuat LISDA
menjadi salah tingkah. Saat berdekatan LISDA dan YAMAN saling tatap seperti
terjadi keanehan dalam diri masing-masing. LISDA mengulurkan tangan tetapi
YAMAN pura-pura cuek, malah teman yang di sampingnya menyalami tangan Lisda.
YANTO
Duduk
?
LISDA
Enggak,
maaf saya harus pulang cepat !
LISDA tanpa jawaban ia bergegas melangkah
diikuti pandangan YAMAN sampai pintu lua. LISDA menoleh dan memandang YAMAN. Kembali ke dua tatapan bertemu membuat LISDA terhenti sejenak.
LISDA
( dalam hati )
Wajah
simpatik dan tatapannya yang tajam, aku seperti
kenal sebelumnya, tapi dimana ? ( bingung )
LISDA menundukan
kepala, bergerak melangkah lebih cepat menuruni tangga.
CUT - TO
029. INT. KAMAR VIP, HOTEL BERBINTANG. MALAM
BOBY nampak tertidur pulas di samping LISDA
yang tengah membayangkan wajah Yaman.
LISDA
( dalam hati )
Kenapa
saat menatapnya jantungku berdebar-debar, apakah ini yang dinamakan jatuh cinta saat pandangan
pertama?
LISDA
tersenyum-senyum simpul mengenang pertemuannya yang singkat.
BOBY
( terbangun melihat jam )
Sudah
mau pagi … aku mau berangkat keluar negri siang ini, ayo siap-siap aku antarkan kamu pulang dulu ?
LISDA yang sudah
mengenakan pakaian beranjak dari tempat tidur ngeloyor menuju kamar mandi. sSmentara BOBY bergegas mengenakan kemeja lalu meraih tas kerjanya mengeluarkan
cek kontan. LISDA menghampiri sudah berdandan rapi.
BOBY
Aku
bikinkan cek 25 juta … dan uang lima ratus dolar …
LISDA mengerling
dengan wajah ceria.
LISDA
Mas
Boby banyak banget ?!
BOBY
( tersenyum menutup tasnya )
Proyekku
gol ! nanti saya transferin uang agar kamu
bisa
beli rumah dan mobil sekalian !
LISDA nampak lebih
berseri dengan mata berka-kaca.
BOBY
Do’ain
saja ya … biar lancar semuanya …
LISDA mengangguk
senang menitikan air mata haru, BOBY mengecup keningnya.
BOBY
Ayo
…, kamu duluan keluar aku langsung jemput kamu di pintu masuk …!
LISDA mengangguk lalu bergerak keluar dari
kamar.
CUT - TO
030. INT.
KAMAR UTAMA RUMAH KONTRAKAN LISDA. PAGI
Senyum LISDA tampak berseri-seri, ia
mengenang wajah Yaman. BI DEDAH yang menyiapkan minuman segelas susu ikut
tersenyum.
BI
DEDAH
Bibi
baru melihat non Iis wajahnya tersenyum terus, maklum
sudah
ketemu Boss Boby ya Non …. ?
LISDA
( Tertawa renyah )
Eh
.. tebakan bibi salah wee !
BI
DEDAH
Terus
kenapa atuh, meni kayak mendapat lotre begitu Non ?
LISDA
( tersenyum lagi )
Semalam
aku ketemu cowok, wajahnya simpatik banget bi ….
BI
DEDAH
Wooo
…. Itu rupanya Non !
LISDA
Kenapa
yah Bi, ketika mata kami saling pandang, jantungku
kok
berdebar-debar ? sekarang wajah itu terbayang terus, padahal cuma beberapa detik saja kami saling
berpandangan .. lagian cowok itu dingin banget bi, cuek … ! kenapa yah Bi
?!
BI
DEDAH
Ya
.. itulah namanya jatuh cinta saat pandangan pertama, Non ?!
LISDA
Aduuuh
… rasanya kangen banget Bi, enggak tahan ingin ketemu lagi, tapi
kenapa ya Bi …, aku seperti pernah
mengenal wajah itu beberapa tahun lalu, aneh … ?!
BI
DEDAH
Pernah
bertemu dalam mimpi kali Non ?!
LISDA mengangguk
kemudian tersenyum-senyum kembali, sampai tidak memperhatikan BI DEDAH berlalu
dari kamarnya.
LISDA
Wajahnya
itu ngangenin banget bi …
LISDA menoleh pada
Bi Dedah yang sudah tidak ada disampingnya.
LISDA
( menggurutu )
Eh
… si Bibi, kirain masih disini … ?
LISDA sambil
tersenyum meraih selimut, memeluk guling dan terus tersenyum simpul.
CUT - TO
031. INT TEMPAT HIBURAN MALAM. MALAM
LISDA merasa aneh
malam itu tamu sepi, tidak ada yang datang tetapi pesanan lagu terlihat banyak.
LISDA
( membacakan )
Pesan
lagu ‘ penjaga hati ‘ ( membaca lagi ) ‘ penjaga hati ‘ kok penjaga hati semua nih pesanan lagunya … siapa
yah ?
Sebuah table yang dihadiri tujuh orang
mengacungkan tangannya ( mengenakan pakaian serba krem gelap ), maka LISDA
melihat YAMAN tengah memperhatikannya membuat LISDA menjadi salah tingkah.
LISDA
Hmh
… hmh… maaf lagu penjaga hati sudah dibawakan …
yang lainnya barangkali ?
YANTO
( teriak )
Rekan
kami Edo mau nyanyi … panggil saja Lis !
LISDA memanggil
nama Edo dan langsung menyerahkan mecrophone pada EDO yang beranjak berdiri
ditepuk tanganin meja tersebut. LISDA turun dari podium Edo menyanyi. LISDA
merasakan keganjilan yang terjadi di tempat hiburan tersebut. Para penyanyi
tidak terlihat, kemudian pandangannya mengarah pada YAMAN yang nampak seperti
cuek tidak memperhatikannya.
LISDA
( memanggil manager )
Mas…
tumben sepi, penyannyi pada kemana ?
MANAGER
Pindah karoke …!
LISDA bingung
melihat jam tangannya masih belum malam betul.
LISDA
Biasanya
boleh kekaroke kan jam 12 malam …
MANAGER menunjuk
pada YAMAN dengan isarat.
MANAGER
Pesanan
boss !
LISDA
( heran )
Boss
? masih kelihatan muda ?!
MANAGER mengangguk
kemudian ikut bergabung dengan table YAMAN, yang kemudian YANTO memanggil LISDA
dengan lambaian. LISDA menghampiri. Teman-teman YAMAN langsung memberi tempat
duduk di samping YAMAN membuat LISDA dan YAMAN terlihat grogi, keduanya saling
diam dan kaku.
YAMAN
( dingin dengan suara berat khas )
Minum
?
LISDA
( menggelengkan kepala )
Sudah
cukup … !
YAMAN kembali
cuek, memperhatikan EDO yang menyanyi semakin seru.
CUT - TO
031. EXT.
PINGGIR JALAN. MALAM
LISDA dengan menenteng buku-buku lagu
hendak menyetop taxi. Sebuah mobil menyalibnya. YANTO turun dari mobil
tersebut.
YANTO
Bahaya
naik taxi malam-malam … ayo kami anter mau pulang kemana ?
LISDA
( melongok-longok kedalam mobil )
Dengan
Yaman ?!
YANTO
Iyah .. dia ingin kamu naik mobilnya … !
LISDA menghampiri
mobil yang di setiri YAMAN tapi YAMAN tidak membukakan pintu depan. LISDA
membuka pintu belakang, YANTO masuk lewat pintu depan.
YANTO
Kemana
?
LISDA grogi
melihat YAMAN yang nampak dingin tidak berkomentar.
LISDA
Mhm
… !
YANTO
Ke
hotel saja ya … bagaimana mau ?
LISDA
( kebingungan )
Hmh
…
YANTO
Enggak
apa-apa kok, enggak ngapa-ngapain, sik-asik aja !
LISDA tidak
menjawab. YAMAN mengoper gigi perseneleng, mobil melaju perlahan.
CUT - TO
032. INT.
KAMAR HOTEL SEDERHANA. MALAM
LISDA nampak grogi
duduk menyudut di kursi ruangan kamar hotel, berjauhan jarak dengan posisi
YAMAN. YANTO tersenyum-senyum sendiri memainkan rokok. Suasana kembali kaku.
YANTO
Ngobrol
dong …
LISDA manatap
YAMAN yang sekilas mencuri pandang dengan ujung matanya. LISDA melihat sebuah
tasbih warna hitam melingkar dileher YAMAN.
YANTO
( beranjak )
Aku
keluar dulu yah …?!
YAMAN mengangguk
tanpa bicara, kemudian mengunci pintu kamar. Suasana kembali kaku. YAMAN
membaringkan tubuhnya ke atas tempat tidur tanpa bicara membuat LISDA semakin
salah tingkah.
YAMAN
( tiba-tiba )
Tidur
?
LISDA menghampiri
tempat tidur sebelahnya yang berukuran kecil.
LISDA
( tiba-tiba mengetkan Yaman )
Kamu
sudah terbiasa niduri cewek yah … ?
YAMAN membalikan
tubuhnya memunggungi LISDA.
LISDA
( kesal )
Kalau
sudah terbiasa …. Kenapa musti sok pura-pura jual mahal ?!
YAMAN mempermainkan
ujung sarung bantal,seperti tidak memperhatikan kekesalan LISDA.
LISDA
( tambah kekih )
Apa
perlu saya telanjang bulat didepanmu, berani bayar berapa ?!
YAMAN tanpa
menoleh ia menelungkupkan kepalanya dengan bantal. LISDA tambah kekih mendekat
maraih tasbih di leher YAMAN.
LISDA
( memberanikan diri )
Pakai
tasbih … suka dibaca enggak ?
YAMAN
( balik bertanya, mengagetkan )
Pernah
kepasantren ? kamu bisa solat, bisa ngaji enggak … ?!
LISDA tercengang.
YAMAN kembali menyembunyikan kepalanya di balik bantal. LISDA melepas sepatu dan
kembali ngeloyor ke tempat tidur sebelah, lalu membaringkan tubuh memunggungi
YAMAN, yang tidak berapa lama membalikan posisi badan. Sejenak terdiam lalu menggeser
tempat tidur LISDA menjadi satu. LISDA terbangun.
YAMAN
( dingin )
Biar
enggak pengap … !
LISDA
bingung melihat sikap YAMAN yang kembali memunggunginya. LISDA menarik napas
kesal ia membalikan tubuhnya memunggungi YAMAN. sejenak LISDA dan YAMAN saling
memunggungi. Tiba-tiba dalam waktu bersamaan keduanya berhadapan.
YAMAN
Tidur
?
LISDA
Enggak
!
YAMAN kembali
memunggungi begitupun LISDA yang mulai gelisah dan kebingungan atas sikap YAMAN, lalu hampir berbarengan keduanya
menelentang. Beberapa saat terdiam saling lirik kemudian kembali saling
memunggungi. sSat dalam kekakuan terdengar hp LISDA menyala-nyala.
LISDA
( mengankat hp, sengaja dikencangkan )
Halo
.. Mas Boby ? apa khabar …… oh masih di Eropah toh …
masih
lama? Apa? …. Oh… sudah di transfers …… makasih banget makasih
…. Yah, makasih … okey bye!
YAMAN membalikan
badan menatap LISDA dengan pandangan dingin. Saat bersamaan hp YAMAN berbunyi
YAMAN tidak mengangkatnya. Kemudian satu hpnya lagi menyala-nyala. YAMAN kesal ia
mematikan kedua hpnya, dan kembali berbaring menutup wajahnya dengan guling.
LISDA nampak kesal dan bingung atas sikap YAMAN. Tidak berapa lama terdengar hp
LISDA menyala.
LISDA
( menumpahkan kekesalan jadi ingin pulang )
Tita
…, udah di rumah … iyah teteh pulang .. secepatnya ?!
LISDA segera
menyambar sepatu dan beranjak meraih tas bahunya. YAMAN terlihat masih cuek.
LISDA
( agak membentak, kesal )
Sory
…, aku harus pulang, dipanggil adikku ….
YAMAN tidak
menjawab, ia malah lebih menyembunyikan kepala meraih bantal satu lagi yang
ditutupi kewajahnya. LISDA dengan perasaan sebel bergerak membuka pintu kamar.
YAMAN
( terbangun )
Kemana
?
LISDA
( singkat )
Pulang
!
YAMAN memburu pintu kamar untuk menutupnya. Sejenak YAMAN dan LISDA saling bertatapan dengan pandangan saling cinta,
keduanya terlihat grogi.
LISDA
( dalam hati )
Aku
telah menemukan wajah yang selama ini aku impikan … !
YAMAN
( tiba-tiba )
Kamu
pernah bermimpi aku yah ?
LISDA
( kaget, sadar )
Enggak
?
LISDA membuang
pandangan ke sudut lain ada perasaan sedih yang tiba-tiba menyelusup dalam
hatinya. lalu LISDA tertunduk dan bergerak melangkah meninggalkan YAMAN yang
terus menatap kepergian LISDA. Sampai diujung lift LISDA menengok kebelakang,
tatapan mereka kembali bertemu. LISDA menitikan air mata.
CUT – TO
033. INT.
RUANG DEPAN RUMAH KONTRAKAN LISDA.
SIANG
TITA nampak
melinangkan air mata dihadapan LISDA.
TITA
Yah
… benar dugaan teteh, aku hamil hampir beranjak lima bulan !(
sejanak suasana diam ) aku perlu uang untuk menggugurkannya Teh !
LISDA
Enggak
sudah besar, lebih baik kamu pelihara kandunganmu, biar
teteh tanggung segalanya …..,
Menatap TITA
bertanya lebih hati-hati.
LISDA
Jadi
… siapa bapaknya Ta ?
LISDA berkaca-kaca dan menitikan air mata
menangis sejenak.
TITA
( datar )
Antara
Dody dan Reza …, tapi keduanya sudah pergi kuliah di luar negri, karena mereka berdua sebenarnya mencintai
Teteh …. Mereka seperti prustrasi
setelah mengetahui masa lalu teteh yang sebenarnya …
LISDA menitikan air mata.
LISDA
Masa
laluku, membuat jiwa keluargaku hancur, teteh sendiri tidak bisa memaafkan masa laluku yang begitu membayangi
masa depan teteh …..
TITA
Sebenarnya
aku malu tinggal disini Teh, takut jadi aib buat teteh …!
LISDA
( menatap adiknya penuh kasih sayang )
Aku
ini kakakmu Ita, yang harus melindungi adiknya … tinggalah di sini dan
jangan pergi lagi …
TITA mengangguk. LISDA bergerak beberapa
langkah memanggil BI DEDAH yang langsung datang menghampiri.
LISDA
Bi
dedah … !
BI
DEDAH
Saya
Non ?
LISDA
Kamar
Tita ganti spreinya, biar adikku bisa istirahat lebih enak …
BI
DEDAH
Iyah
non ..
LISDA
Setelah
itu, telepon ibu suruh bawa kakaku dan suaminya serta ke tiga
anaknya, bilang saja penting …. !
BI
DEDAH
Baik
Non …
TITA
( bertanya-tanya )
Saya
ada urusan penting, mungkin pulangnya langsung ke tempat nyanyi !
LISDA bergerak
melangkah menuju kamarnya.
CUT - TO
034. INT.
TEMPAT HIBURAN MALAM. MALAM
BEBERAPA ADEGAN:
LISDA merasakan
keanehan-keanehan di tempat nyanyinya. Tamu tidak begitu banyak, pengunjung hanya dua, tiga table yang terisi itu juga teman-temannya Yaman yang
mengenakan pakaian warna krem gelap. LISDA terobsesi akan bayangan Yaman
seperti berada di tengah mereka dan menyaksikan LISDA menyanyi.
Pendengaran LISDA
terngiang dengan lontaran kata-kata yang keluar dari mulut Yaman.
OS YAMAN / VISUAL CU WAJAH YAMAN (
berkali-kali )
Kamu
bisa solat, bisa ngaji enggak ?
LISDA berlari ke sudut ruangan pandangannya
mencari-cari YAMAN diantara kumpulan tamu-tamu, tapi ia tidak menemukannya. Hanya bayang wajah Yaman semakin jelas menghantui pikirannya.
OS YAMAN / VISUAL CU WAJAH YAMAN ( berkali-kali
)
Pernah
kepansantren ? kamu bisa solat, bisa ngaji enggak ?
LISDA menangis, merindukan pertemuannya
dengan Yaman ketika MANAGER lewat LISDA langsung memanggilnya.
LISDA
Pak
…, mana boss muda yang kemarin kok enggak datang-datang lagi ?
MANAGER
Itulah
dia, bisa hilang dari pandangan, tapi kaki tangannya
bertebaran dimana-mana …
LISDA
( penasaran )
Maksudnya
pak ?!
MANAGER
( tertawa kecil )
Anggaplah
dia yang punya negara, dia punya kekuasaan !
LISDA bingung atas
jawaban MANAGER yang sudah pergi. LISDA penasaran ingin menemukan sosok Yaman
di sudut-sudut ruangan tempat hiburan tersebut tetapi Yaman tidak kelihatan
dan tidak pernah datang ke tempat hiburan tersebut lagi.
LISDA
( menangis )
Aku
ini seorang pelacur, tidak boleh jatuh cinta … ?!
OS YAMAN / VISUAL CU WAJAH YAMAN (
berkali-kali )
Kamu
bisa solat, bisa ngaji enggak ?
LISDA
( dalam hati )
Saya
ingin tinggal di tempat yang tenang dan damai …. !
LISDA meraih buku
dan menentengnya lalu bergerak melangkah meninggalkan tempat hiburan tersebut
dengan langkah gontai nampak prustrasi, menuruni tangga tanpa gairah.
CUT - TO
035. INT.
RUANGAN RUMAH LISDA RUMAH KONTRAKAN.
MALAM
LISDA memberi
penjelasan pada BU SULIS, KAKAK LISDA dan SUAMINYA.
LISDA
Rumah
ini sudah Lisda beli, mobil buat keperluan keluarga juga sudah ada, berikut dua mobil untuk usaha, dan ini
tambahan sebuah cek yang di kirim Mas Boby buat menggolangkan
usaha ….
LISDA menarohkan cek diatas meja santai,
lalu membagi tiga pandangan, sementara BU SULIS nampak terlihat senang dengan
pandangan berbinar-binar.
LISDA
( mengerling )
Semua
ini, Lisda serahkan pada kakak, kakak ipar dan emmak .. terserah !
kalau hancur ya hancur kalau baik ya baik …
ini pertolongan pertama dan terakhir dari Mas Boby sekedar membantu kita
…. Karena ia tidak
akan kembali ke Indonesia, Mas Boby dapat calon istri orang Hongkong!
LISDA menitikan
air mata. KAKAK IPAR dan KAKAK LISDA saling pandang.
LISDA
Hanya
satu permintaan dari Lisda …
Semua mata menatap kearahnya.
LISDA
Tolonglah
orang yang betul-betul memerlukan pertolongan,
Bantu
orang-orang yang tengah kesusahan, berilah pada orang yang
meminta …!
KAKAK IPAR, KAKAK
LISDA dan BU SULIS tercengang mendengar perkataan LISDA yang tiba-tiba seperti
bukan diri Lisda yang bicara.
LISDA
Seperti
biasa Is, sudah membeli beberapa kodi peralatan ibadah, maka
tolong bagikan pada orang-orang yang betul-betul memerlukannya …
KAKAK
IPAR
Emang
Lisda mau kemana .. ?
LISDA tiba-tiba
merenung, air matanya kembali menitik deras.
OS YAMAN / VISUAL CU WAJAH YAMAN
Pernah
ke Pesantren, kamu bisa solat, bisa ngaji enggak ?
LISDA
( dalam hati, datar )
Masa
laluku yang pahit membuat aku minder untuk jatuh cinta pada seseorang …
LISDA menghapus
air mata menahan tangisnya yang ingin meledak.
LISDA
( tiba-tiba )
Lisda
… ingin kepasantren, ingin mensucikan diri, sekalian belajar ngaji !
BU SULIS, KAKAK
IPAR dan KAKAK LISDA terperangah mendengar perkataan LISDA yang kala itu
pendengaran LISDA seperti mendengar suara adzan bersahutan dengan suara
mengaji, sementara jam dinding menunjukan pukul 0.00.
LISDA
( bergumam dalam hati )
Ya,
Allah … ! saya telah mendengar suara indah orang azdan dan mengaji … !
LISDA nampak
mengulum senyum, seperti mendapat kenikmatan.
DISSOLLVE
036. EXT.
SEBUAH PESANTRAN JAWA BARAT.
SORE
Alam asri
pedesaan, terhampar sebuah Pesantren cukup besar yang dikelilingi kolam-kolam
ikan serta pesawahan yang menghijau. Orang-orang desa nampak akrab dengan
suasana yang mereka miliki sopan santun, saling hormat – menghormati dan saling
tegur sapa sudah menjadi kebiasaan mereka.
Sebuah mobil
kendaraan umum yang penuh muatan berhenti depan Pasantren tersebut. LISDA turun
dari mobil tersebut, sudah mengenakan pakaian muslim serta menenteng tas
pakaian, menyapu pandang bangunan Pesantran dengan penuh ketakjuban lalu
bergerak melangkah dengan penuh keyakinan, menuju halaman pasantren.
CUT – TO
037. INT.
SUDUT RUANGAN SEBUAH PASANTREN.
SORE
LISDA
memperhatikan seorang ULAMA yang tengah memberi hukum akherat pada Umat
manusia, para santri terlihat khusus mendengarkan pengarahan tersebut.
ULAMA
Bagian
tubuhnya semua ditarik, hingga hancur berantakan! Itulah hukuman
bagi para pempimpin atau orang yang mewakili rakyat, lalu
membutakan diri pada keadaan rakyat, cuma menghitung-hitung keuntungan
dari pekerjaannya, sementara rakyat kelaparan, Allah maha tahu !
abadilah
orang-orang itu di dalam Neraka …. ( menyapu pandangan ) Bagaimana dengan pelacur?!
Tubuhnya
dilebur oleh timah panas dari ujung kepala sampai kaki, kemaluan,
mulut ke dua dadanya di pancung dengan besi panas …!
LISDA
Asaalmmuallikkummm
… !
ULAMA
Waallikkuumm
salamm, warohmatulohi wabarokkatull …
ULAMA dan para
santri yang tengah belajar, serentak menatap LISDA yang menghampiri sambil
menangis dan bersimpuh dihadapan ULAMA.
LISDA
( dalam isak tangisnya )
Perkenankan
saya untuk tinggal di sini Pak …
Menatap ULAMA dengan penuh pengharapan.
LISDA
( sungguh-sungguh )
Saya
ingin bisa ngaji pak …. !? ajarain saya mengaji pak … !!
ULAMA
mengangguk ( dalam hati, menatap Lisda )
Tanda-tanda
kiamat sudah dekat dimana seorang wanita kota dalam usia muda datang untuk mensucikan dirinya,
mencari kebenaran dan ridho Allah ….
LISDA
Saya
… saya seorang pelacur, yang merasa kotor dan terhina, saya ingin membersihkan dari dosa saya, pak …
!
Saat bersamaan
LISDA merasakan sinar matahari seperti berada mengitari tubuhnya memasuki alam
pikirannya hingga ia merasakan cahaya yang terang masuk dalam pikirannya
menelusup ke jiwanya. LISNA bersujud simpuh.
LISDA
( berguman dan menangis )
Ya
.. Allah … !
ULAMA
( menenangkan )
Pintu
kebaikan sudah terbuka untukmu Nak … maka tidak akan ada kesusahan untuk mengaji, menimba ilmu agama,
semua pintu insyaallah akan
terbuka untukmu Nak … kami semua senang, menyambut kehadiranmu … !
LISDA terus menangis
dan besujud, semua santri terharu mendengar pengakuan LISDA bahkan beberapa
orang ada yang turut menangis.
DISOLLVE TO
DISSOLLVE
038. INT.
SUDUT - SUDUT RUANG PESANTREN.
SUBUH
BEBERAPA ADEGAN:
LISNA belajar
mengaji dari ikro sampai qur’an besar.
Seorang IMAM
tengah mengimami para makmum untuk bersolat subuh. LISDA nampak khusu berada
diantara para jemaah wanita. ( lisda tersenyum-senyum simpul malu seperti
hendak bertemu dengan seorang kekasih )
Santri-santri
mengikuti ULAMA mengakhiri pelajaran ngajinya dengan mendendangkan salawatan.
LISDA nampak menikmati suasana barunya seperti bertemu dengan kekasih hati yang
saling mencintai.
LISNA berwirid
dengan khusu sambil berlinangan air mata, terdengar suara ghoib.
SUARA
GHOIB
Aku
datang padamu untuk mengabarkan tentang azab akherat pada dunia ….,
kau akan menyaksikannya … karena engkau telah
datang padaKu …
LISDA memejamkan
mata sambil menangis, seperti melihat gambaran alam ghoib dari alam
pemikirannya.
DISSOLLVE
039. INT.
SUDUT RUANGAN PESANTRAN. PAGI
LISDA menangis
punggungnya berguncang, ia menghadap ULAMA yang mencoba menenangkannya.
LISDA
Kenapa
saya diperlihatkan berbagai gambaran wajah para Nabi, serta
mujijat yang diturunkannya, bahkan alqur’an seperti turun dari
langit masuk alam pikiranku?! Saya takut pak …, saya takut … bencana-bencana
itu akan melanda Negri kita menyambut presiden yang akan datang untuk mendamaikan Aceh ….. !?
minyak akan meledak,
keruptor akan terungkap, hati-hati dengan
kegelapan?! Akan diturunkan penyakit melalui udara juga penyakit dari
bahan makanan kimia …., angin
badai kekuatan tinggi dan gempa dahsyat akan meluluh lantahkan separoh Dunia, setelah Irak porak poranda …
saya takut… takut .. ??!!
akan
terjadi lagi musibah memakan banyak korban, saya takut ??! teror
bom mengguncang dunia, Alam kerajaan meminta keadilan di Dunia …. !??
ULAMA
Subhannalloh
… ! Rahasia Ilahi telah diperlihatkan padamu Nak, sesuatu yang jarang di berikan pada hambanya,
tapi engkau telah diberi hidayah ke AgunganNya … perbanyaklah
berdo’dan
tambahkan keyakinanmu, jangan tinggalkan ibadah-ibadahmu, serta
kuatkan hati dan jiwamu menuju kalam Ilahi….!
LISDA menunduk
sambil menangis berusaha untuk meyakinkan alam pikirannya.
DISSOLLVE
040. INT.
SUDUT RUANG LAIN PESANTREN. MALAM
LISDA besujud syukur dan berdo’a.
LISDA
Ya
… Allah, bila aku meninggalkan nikmatMu dan kembali pada jalan
kesesatan, maka tidak daya upayaku selain minta pertolonganMu….
Jika dalam penglihatanMu aku selalu berada dijalanMu maka panjangkanlah umurku…, tapi bila dalam
penglihatanMu aku akan kembali sesat maka ambillah aku untuk berada disisi Mu ya, Allah … !
Dalam sujud
tersebut LISDA merasakan jiwanya melayang.
DISOLLVE
041. INT.
KAMAR SANTRI PESANTREN. SUBUH
Pipih dan TINI
sudah bersiap bersolat jemaah subuh, tersenyum-senyum melihat LISDA seperti
pura-pura tidur dengan posisi tubuh telentang, kedua tangan melipat ( sikap
orang solat ) dengan senyuman merekah wajahnya bersinar.
PIPIH
Kak
… jangan bercanda gitu deh .. ayo bangun, waktunya solat subuh …
TINI
Iya,
kami tahu kak ini bercanda tuh kan tersenyum lagi ..? ayo !
Ketika melihat
tubuh LISDA enggak bereaksi. TINI dan PIPIH heran ia segera mengguncangkan
tubuh LISDA yang sudah membujur kaku tidak bernyawa.
PIPIH
dan LISDA ( menangis )
Kak
…, Kakak !!!???? Innallillahii wainnaillaihhi rozdiunnn … !!
PIPIH dan TINI
memeluk jasad LISDA.
PIPIH
Maafkan
aku Kak … ?!
TINI
( menangis )
Kakak
… kenapa ingin tinggal disini? Sekarang saya tahu kakak hambayang
di sayang Allah yang diberi Hidayah penglihatan kejadian alam ghoib
dan alam Dunia termasuk pemerintahan …! Ya … Alalh,
kami akan merasa kehilangan ….!
TINI dan PIPIH
kembali menangis sesenggukan. Beberapa santri yang mulai masuk ruang kamar
turut menangis memburu jasad LISDA menangisinya.
SANTRI
– SANTRI
Kak
Lisda … Innalillahii wainnailaihhi rozdiunn ….
Kami
akan kehilangan kak …., kami kehilangan … !!
DISOLLVE
042. INT.
SEBUAH MESJID PASANTREN. PAGI
BEBERAPA ADEGAN:
ULAMA memimpin
para makmumnya bersolat ghoib, terpisah dari jemaah ibu-ibu yang juga melakukan
bersolat ghoib.
Jenazah LISDA sudah berada di ruangan sudut
pasantren, terlihat BU SULIS, TITA yang menggendong bayi, AA. Keluarga kakaknya
tengah terisak-isak menangis, sementara PIPIH dan TINI masih menitikan air mata
dengan kelopak mata membengkak, begitupun juga para santri lainnya.
ISTRI
ULAMA
Mau
di bawa ke Jakarta atau ke Bandung Bu …?
BU
SULIS ( sambil terisak )
Ke
Bandung saja …. ! kenapa Lisda enggak mau keluar dari pasantren ? tahu-tahunya begini … ?! meninggalkan kami
untuk selama-lamanya …. !!
ISTRI
ULAMA
Bersyukur
Bu, Anak Ibu meninggalnya dalam keadaan khusnul khotimah … !
BU SULIS
mengangguk-anggukan kepala, sementara TITA terus menangis, menatap jasad LISDA
yang seakan mengajaknya untuk tersenyum.
DISSOLLVE
043. EXT.
HALMAN PESANTREN. PAGI
Terlihat dihalaman
luar ULAMA dan para bapak lainnya serta para santri turut berkabung atas
kepergian LISDA. Beberapa mobil terparkir dihalaman luas, serta rangkaian bunga
mengiringi kepergian LISDA.
BACK, IN – TO
043. EXT.
PEMAKAMAN ASRI. MAGRIB
Pelangi kian melengkung seperti menaungi pemakaman
kuburan yang masih dikunjungi ramai orang, yang ingin melihat keajaiban.
Karangan bunga duka nampak semarak di seputar pekuburan LISDA yang seperti
memancarkan cahaya dari dalam.
Pelangi membuyar menyongsong hari mulai berganti malam.
ORANG – ORANG
Kuburannya wangi
…. dan seperti ada cahaya memancar dari dalam !
Dari keramaian orang yang sekedar berkunjung atau
pengantar jenazah, terlihat YAMAN mengenakan pakaian muslim berkopeah hitam
membuka kaca matanya. Dua orang pengawal pribadinya turut membuka kaca mata.
YAMAN
( mata memerah sedih )
Lisda
…. ?!
YAMAN duduk
tepekur depan kuburan baru LISDA, diikuti kedua pengawalnya yang berjarak
beberapa langkah kaki, terdengar adzan magrib berkumandang.
F
r e e z z e f r a m e
Nenden Olla / Salwa
Jakarta, 03,
January, 2006